dc.description.abstract | Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi pendarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata. Berdasarkan model segi tiga epidemiologi (triangle of epidemiology) ada tiga faktor yang berperan dalam timbulnya suatu penyakit yaitu faktor penjamu (host), faktor lingkungan (environment), dan faktor agen penyakit (agent). Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang rawan terjangkit penyakit ini dan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak tanggal 1 Januari 2015. Kabupaten/Kota yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Jawa Timur salah satunya adalah Kabupaten Bondowoso. Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso menempatkan wilayah kerja Puskesmas Tamanan sebagai daerah tertinggi Demam Berdarah Dengue (DBD) setelah wilayah kota. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan case control. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskemas Tamanan Kabupaten Bondowoso yang merupakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat di Puskesmas Tamanan dari berbagai unit pelayanan kesehatan antara bulan Januari sampai dengan Juli 2017 dengan jumlah 46 orang sebagai populasi kasus dan orang atau tetangga yang berada disekitar penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tidak menderita dan disamakan umur, jenis kelamin, dan pendidikan dengan jumlah 46 orang sebagai populasi kontrol. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik. Penelitian ini menggunakan uji Chi-square untuk melihat adanya hubungan antar faktor dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes sp. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara menguras dan menyikat tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan jentik Aedes sp (p=0,041),terdapat hubungan antara menutup rapat tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes sp (p=0,005), terdapat hubungan antara menyingkirkan barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes sp (p=0,009), tidak ada hubungan antara menggantung pakaian dengan keberadaan jentik Aedes sp (p=0,502), tidak ada hubungan antara menggunakan obat antinyamuk dengan keberadaan jentik Aedes sp (p=0,277), tidak ada hubungan antara pencahayaan dan kelembapan dengan keberadaan jentik Aedes sp (p=0,798). Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah masyarakat diharapkan dapat melakukan pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 3M Plus yaitu menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air seperti pada ember, gentong, tempayang, dan drum, mengubur atau menyingkirkan semua barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air, plus menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan obat anti nyamuk, membubuhi larvasidasi disemua tempat penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat nyamuk pada ventilasi, dan tidak menggantung pakaian. Dan diharapkan dapat selalu memberikan penyuluhan tentang demam berdarah dengue (DBD), sosialisasi kepada masyarakat mengenai tanda gelaja penyakit demam berdarah dengue (DBD), penanganan awal agar pasien dapat ditangani dengan baik dan juga tanda gejala bahaya pada penyakit dapat dihindari, pengontrolan secara berkala pada lingkungan, memfasilitasi kesediaan kader agar dapat mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD) dan palaporan kasus yang terjadi. | en_US |