dc.description.abstract | Bencana banjir adalah kondisi suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Faktor penyebab bencana banjir terdiri dari faktor alam, manusia dan gabungan antara keduanya. Kejadian bencana banjir menempati angka tertinggi secara nasional maupun regional dengan total kejadian di Indonesia pada tahun 2008 hingga 2017 sebanyak 6779 dan 961 kejadian di Jawa Timur. Kabupaten Jember merupakan kawasan zona merah yaitu tingkat kerawanan bencana tinggi berdasarkan peta rawan bencana BNPB tahun 2012, sedangkan menurut data BPBD Kabupaten Jember tahun 2013 hingga 2017 tercatat sebanyak 66 kejadian dengan angka tertinggi terletak di Kecamatan Wuluhan yaitu Desa Lojejer (4 kejadian) dan Desa Glundengan (4 kejadian). Desa Lojejer lebih berpotensi banjir karena merupakan salah satu titik Kawasan Rawan Bencana (KRB) banjir sungai/banjir genangan dan memiliki risiko alam (Natural Risk). Risiko alam menjadi salah satu ancaman bisnis global. Desa Lojejer merupakan daerah sentra industri gula kelapa dengan jumlah 114 unit. Berdasarkan hasil pengambilan data awal, industri gula kelapa di Desa Lojejer termasuk industri rumahan yang tergabung dalam satu kelompok yaitu Niratama dengan jumlah pekerja 2-3 orang pada setiap unit usaha. Penelitian analisis risiko bencana banjir di wilayah Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember ini merupakan penelitian deskriptif. Variabel penelitian ini antara lain variabel tingkat ancaman, tingkat kerentanan, tingkat kapasitas dan tingkat risiko bencana banjir. Dalam penelitian ini terdapat dua data yang dibutuhkan yaitu data primer (wawancara) dan data sekunder (studi dokumentasi). Data yang sudah terkumpul dianalisis berdasarkan Peraturan Kepala BNPB No. 2 tahun 2012 dan Petunjuk Teknis Penyusunan Peta Ancaman dan Risiko Bencana Untuk Tingkat Kabupaten /Kota BNPB tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan industri gula kelapa di Desa Lojejer memiliki bahaya dan risiko pada tahap produksinya dan belum menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Bahaya yang terdapat pada industri gula kelapa yaitu bahaya energi gravitasi, bahaya ergonomi dan bahaya biologi. Bahaya tersebut dapat menimbulkan risiko terjatuh dari ketinggian, risiko mengalamai kram pada persendiaan dan otot, risiko sengatan serangga serta paparan bakteri pada pekerja. Adanya risiko bencana banjir dapat mempengaruhi bahaya dan risiko biologi yang ada. Desa Lojejer dapat menimbulkan risiko bencana banjir dengan skor tingkat ancaman sebesar 0,666 (kategori kelas sedang), skor tingkat kerentanan sebesar 0,57 (kategori kelas sedang) dan skor tingkat kapasitas sebesar 0,666 (kategori kelas sedang). Hasil analisis menunjukkan tingkat risiko bencana banjir di wilayah Desa Lojejer termasuk kategori kelas sedang dengan skor sebesar 0,57. Tingkat risiko bencana banjir ditampilkan pada peta sesuai pengkategorian warna dengan tampilan warna kuning (kelas sedang) seperti ditunjukkan pada lampiran. Bahaya dan risiko pada industri gula kelapa Desa Lojejer dapat diminimalisir dengan pengendalian teknik berupa pengaturan ulang peralatan kerja dan kontruksi tempat kerja serta penggunaan Alat Pelindung diri (APD). Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (UKK) perlu diterapkan sebagai bentuk pemberdayaan dan perlindungan pada pekerja industri sektor informal. Risiko bencana banjir di wilayah Desa Lojejer dapat diminimalisir dengan meningkatkan atau melengkapi parameter kapasitas yang belum terpenuhi. Upaya yang bisa dilakukan antara lain membentuk aturan atau kebijakan mengenai kebencanaan sekaligus sebagai dasar penetapan anggaran desa khusus untuk kebencanaan, melakukan upaya pengurangan risiko dasar secara mandiri dan berkala, membangun sistem peringatan dini dan sistem deteksi bencana banjir, membangun kerjasama dengan sektor informal seperti kelompok Niratama di wilayah Desa Lojejer. Kerjasama dapat dilakukan dengan pembentukan relawan dari kelompok Niratama. | en_US |