Show simple item record

dc.contributor.advisorNARULITA, Erlia
dc.contributor.advisorIQBAL, Mochammad
dc.contributor.authorSURYANINGSIH, Irma
dc.date.accessioned2019-08-21T03:14:24Z
dc.date.available2019-08-21T03:14:24Z
dc.date.issued2019-08-21
dc.identifier.nimNIM150210103096
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92002
dc.description.abstractSalmonellosis atau diare hyperendemic merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella. Salmonella adalah salah satu anggota keluarga Enterobacteriacea, memiliki keberadaan yang tersebar luas di lingkungan dan bersifat patogen pada makanan. Kasus Salmonellolis pernah terjadi di kabupaten Jember khususnya di Kecamatan Kencong pada tahun 2016 yang tercatat mengalami kejadian keracunan makanan dengan jumlah kasus 225. Meskipun statusnya telah menurun tapi kontaminasi bakteri pada makanan di wilayah Kencong masih terdeteksi kembali pada bulan Maret 2017 dari hasil sampling yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Jember (Diah, 2016). Kota Jember khususnya di Kecamatan Puger merupakan daerah penghasil komoditas ikan yang memungkinkan keberadaan bakteri Salmonella. Salmonella bisa bersifat dorman sehingga perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui masih adakah cemaran Salmonella setelah kasus keracunan makanan terlewati. Bakteri di isolasi dari kedua kecamatan tersebut dan telah dilakukan uji biokimia untuk memastikan bakteri tersebut adalah Salmonella. Terkait dengan penyebab salmonellosis adalah peran virulensi Salmonella terhadap sel inang. Uji molekuler digunakan untuk mendeteksi gen virulensi yang dimiliki oleh bakteri Salmonella. Metode penelitian menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) atau mengamplifikasi sekuen DNA berdasarkan 3 macam gen virulensi pada Salmonella, yaitu stn, fimA dan spvR. Dua sampel diperoleh dari penelitian sebelumnya, yaitu bakteri P21D (Zahra, 2018) dan bakteri KP2 (Fiqih, 2018). Bakteri tersebut sudah dipastikan bakteri Salmonella berdasarkan uji biokimianya. Oleh karena itu perlu dilakukan uji molekuler untuk mengetahui patogentitas bakteri tersebut berdasarkan keberadan gen virulensi stn, fimA dan spvR. Gen virulensi masing-masing memiliki peran dalam patogenesis. Semua gen terdapat di dalam kromosom Salmonella yang disebut Salmonella Pathogenesis Island (SPI). Kedua sampel bakteri dari Kencong (KP2) dan Puger (P21D) dapat terdeteksi keberadaan gen virulensinya. Tetapi sampel 2 yaitu KP2 tidak terdeteksi keberaadan gen fimA. Gen virulensi memiliki peran yang penting dalam interaksi bakteri dengan sel inang, baik manusia maupun hewan. Gen virulensi mengkodekan protein yang mengekspresikan sifat patogenitas bakteri. Gen stn (salmonella enteroxin) mengkodekan produksi enteroxin dalam sel bakteri. Gen fimA (fimbriaeA) merupakan gen pengkode fimbria pada Salmonella, fimbria berada di permuakaan bakteri. Sedangkan gen spvR (salmonella plasmid virulence) adalah gen pengkode tingkat infeksi pada plasmid Salmonellaen_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries150210103096;
dc.subjectGenen_US
dc.subjectVirulensien_US
dc.subjectSalmonellaen_US
dc.subjectIndigenousen_US
dc.titleDeteksi Gen Virulensi Salmonella Spp. Indigenous Jemberen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record