Show simple item record

dc.contributor.authorAde Munya Zahiroh
dc.date.accessioned2013-12-16T06:46:30Z
dc.date.available2013-12-16T06:46:30Z
dc.date.issued2013-12-16
dc.identifier.nimNIM080910101051
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/9160
dc.description.abstractInvasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat ke Afghanistan merupakan langkah memberantas terorisme yang bermarkas di Afghanistan. Setelah serangan World Trade Centre (WTC) 11 September 2001, Amerika Serikat memulai kampanye Perang Melawan Terorisme mereka di Afganistan. Tidak kurang dana 1 triliyun dolar dikucurkan guna memenuhi kebutuhan invasi. Dana-dana tersebut diperuntukkan untuk meningkatkan kemampuan perang secara konvensional, meningkatkan pengeluaran untuk senjata, seperti jet pertahan nasional, rudal, pesawat tempur, tank dan pesawat pembom jarak jauh. Serta biaya yang dikeluarkan untuk perombakan lembaga intelejen Amerika dan program keamanan tanah air. Hal tersebut ternyata berdampak Amerika Serikat mengalami defisit anggaran keuangan. Salah satu penyebabnya adalah pengeluaran negara Amerika Serikat untuk menginvasi Irak dan perang di Afghanistan. Negara ini memiliki hutang besar, yakni 14 triliun dollar AS. Kondisi tersebut mendesak Amerika Serikat untuk segera menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang semakin buruk. Keberhasilan Amerika Serikat menumbangkan pemerintahan Taliban dan memberantas jaringan Al-Qaeda telah menjadikan Amerika Serikat optimis akan tercipta Afghanistan yang damai dan tumbuhnya demokrasi di Afghanistan. Dengan runtuhnya pemerintahan Taliban serta tewasnya Osama bin Laden Amerika Serikat merasa bahwa misinya telah tercapai. Kepentingan yang dimiliki oleh Amerika Serikat juga telah terwujud di Afghanistan. Amerika Serikat dianggap sebagai pahlawan dunia kerena berhasil menghancurkan pemimpin terorisme Osama bin Laden. Dari berbagai keberhasilan yang telah dicapai Amerika Serikat, Amerika Serikat mulai memikirkan relevansinya bertahan di Afghanistan. Amerika Serikat tentunya mulai menciptakan goal condition di Afghanistan. Dengan mengakhiri invasi dan memutuskan menarik pasukannya dari Afghanistan. Saat Amerika Serikat memutuskan untuk menginvasi Afghanistan guna memberantas terorisme, biaya yang dikeluarkan sebanding dan prestice yang dicapai. Namun ketika kepentingan Amerika Serikat telah tercapai, Amerika Serikat mulai memikirkan menarik militernya dari Afghanistan. Keputusan tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor internal (internal setting) dan juga faktor eksternal (eksternal setting). Kepentingan Amerika Serikat telah terpenuhi, jika invasi tersebut diteruskan tentunya tidak akan memberikan keuntungan yang signifikan bagi Amerika Serikat. Saat ini apa yang menjadi kepentingan Amerika Serikat telah tercapai. Jika invasi di Afghanistan tetap dilanjutkan tentunya akan merugikan pemerintah Amerika Serikat. Biaya yang dikeluarkan juga tidak sebanding lagi dengan apa yang didapat Amerika Serikat saat ini. Yang terjadi hanyalah membuang tenga dan materil dengan percuma. Tentunya Amerika Serikat tidak ingin negaranya menanggung hutang besar demi sesuatu yang tidak menguntungkan. Amerika Serikat harus mengakhiri invasinya karena jika dilanjutkan akan mendatangkan kerugian berkelanjutan bagi Amerika Serikat. Desakan situasi yang terjadi memaksa Amerika Serikat menciptakan goal condition untuk mengakhiri invasi di Afghanistan. Oleh karena itu Amerika Serikat mengambil tindakan menarik pasukannya dari Afghanistan pada Juni 2011, dan akan berakhir pada tahun 2014.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080910101051;
dc.subjectKEPUTUSAN PRESIDEN BARACK OBAMA MENARIK PASUKAN MILITERNYA DARI AFGHANISTAN TAHUN 2011en_US
dc.titleKEPUTUSAN PRESIDEN BARACK OBAMA MENARIK PASUKAN MILITERNYA DARI AFGHANISTAN TAHUN 2011en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record