Show simple item record

dc.contributor.advisorIqbal, Muhammad
dc.contributor.advisorPurwanto, Agung
dc.contributor.authorPutri, Rekka Pingkan
dc.date.accessioned2019-06-08T06:24:45Z
dc.date.available2019-06-08T06:24:45Z
dc.date.issued2019-06-08
dc.identifier.nim140910101028
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/91129
dc.description.abstractPasca pemilu presiden Taiwan pada Januari 2016, yang dimenangkan oleh Tsai Ing-wen dari Partai Demokrasi Berkelanjutan menarik perhatian China. Sebelum ini Taiwan dikuasai oleh Partai Nasionalis atau Kuomintang sejak China dan Taiwan berpisah secara diplomatik pada tahun 1949. Namun hubungan China-Taiwan telah di atur dalam Konsensus 1992 yaitu suatu kebijakan yang dikenal sebagai One China Policy atau Kebijakan Satu China. Kebijakan ini berisi tentang pengakuan bahwa hanya ada satu China yang utuh dan berdaulat. Selanjutnya, Taiwan berupaya untuk mendekatkan diri terhadap negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Australia dan New Zealand dengan membentuk suatu kebijakan luar negeri yang disebut New Southbound Policy (NSP) atau Kebijakan Menuju Selatan pada tahun 2016. Terdapat 18 negara yang menjadi sasaran dalam NSP yaitu, negara-negara ASEAN, Asia Selatan, Australia serta New Zealand. Dalam kebijakan NSP, Taiwan menjaga dan meningkatkan kerjasamanya dengan negara-negara tujuan NSP khususnya dalam bidang perdagangan. Sehingga membuat China semakin curiga dan merasa terganggu dengan tindakan Taiwan. Dan penjabaran di atas, reaksi China terhadap kebijakan NSP menjadi menarik untuk diteliti. Penilitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu kegiatan ilmiah terhadap gejala atau isu tertentu untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui reaksi China terhadap kebijakan New Southbound Policy (NSF). Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatic Teknik pengumpulan data penelitian ini diambil dari studi kepustakaan dalam memperoleh data sekunder. Kemudian penulis menganalisis lalu mendeskripsikan data yang diperoleh untuk menemukan gambaran mengenai permasalahan yang diteliti. Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa reaksi China terhadap kebijakan luar negeri NSP sebagai tindakan atau tingkah laku suatu negara yang didasari oleh interaksi antar kedua wilayah. China melakukan upaya dalam berbagai bidang seperti bidang ekonomi, politik, dan militer. Dalam bidang ekonomi, China memperkuat hubungannya dengan negara-negara mitra OBOR. Dalam bidang politik, China semakin agresif dalam menekan Taiwan dalam hubungan lintas selat. Dalam bidang keamanan, China memperkuat militernya. Apabila militer China sudah kuat maka bisa membalikkan partai Koumintang atau KMT yang dinilai membangkang terhadap wilayah China.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectReaksi Chinaen_US
dc.subjectKebijakan Luar Negeri Taiwanen_US
dc.subjectNew Southbound Policyen_US
dc.titleReaksi China terhadap Kebijakan Luar Negeri Taiwan: New Southbound Policy Tahun 2016en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record