dc.description.abstract | Pada tahun 2017, Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia
(APJII) melakukan survey dengan hasil bahwa 143,26 juta penduduk Indonesia
(54,68% dari total populasi masyarakat Indonesia) telah terkoneksi ke dalam
jaringan internet dan 89,35% layanan yang diakses adalah layanan chatting. Salah
satu yang menjadi perhatian dan sangat meresahkan dari perkembangan internet
adalah bidang kesusilaan seperti cybersex. Cybersex terjadi ketika seseorang
menggunakan internet sebagai media interaksi dengan orang lain dengan tujuan
mendapatkan kepuasan seksual. Pemicu perilaku cybersex bisa terdiri dari
individu itu sendiri ataupun lingkungan sekitar yang mendukung. Dampak yang
kemungkinan muncul dari perilaku cybersex adalah aktivitas seksual pranikah,
kecanduan, perubahan kepribadian, hingga kehilangan daya tarik pada partner
(suami/istri). Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, informan yang
telah melakukan cybersex maka informan juga melakukan onani hingga hasratnya
terpuaskan karena jika hasrat tidak terpuaskan maka rasa gelisah akan timbul
dalam diri informan. Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis perilaku cybersex dan dampaknya pada perilaku seks pranikah
mahasiswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus, dilakukan pada mahasiswa di Kabupaten Jember. Total informan sebanyak
7 orang, dengan 5 orang sebagai informan utama, dan 2 orang sebagai informan
tambahan. Informan didapatkan dengan menggunakan teknik purposive sampling,
informan utama adalah mahasiswa yang pernah melakukan cybersex. Sedangkan
untuk informan tambahannya adalah pasangan cybersex/seks pranikah serta orang
yang memperkenalkan cybersex kepada informan utama. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perilaku cybersex dilakukan dengan
perantara handphone dan menggunakan aplikasi chat seperti WhatsApp, Line,
BBM, SMS, dan telepon biasa. Selain itu, dalam melakukan cybersex ada faktor
rasa penasaran, keinginan untuk menanggapi obrolan dari pasangan dan iseng.
Lingkungan sosial informan seperti teman sebaya, paparan iklan berkonten
pornografi, stimulus obrolan tabu dari lawan bicara, mudahnya akses internet
melalui handphone, serta pengaruh dari film dewasa mampu mendorong informan
untuk melampiaskannya dalam bentuk cybersex. Jenis perilaku cybersex yang
dilakukan berupa chatsex dengan saling mengirim gambar maupun voicenote yang
berkonten erotis, phonesex, dan videocallsex. Pasangan melakukan cybersex tidak
hanya dengan pacar dan teman, bahkan orang tidak dikenalpun bisa menjadi
pasangan dalam melakukan cybersex. Perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh
para informan terdiri dari kissing, necking, petting, hingga intercourse. Hal ini
didasari oleh rasa penasaran saat informan melihat adegan dalam tayangan
pornografi, atas dasar sayang dan cinta, serta tingginya perasaan ingin mencoba.
Perilaku seks pranikah yang ada lebih dulu dilakukan oleh masing-masing
informan. dikarenakan hadirnya perkembangan teknologi yang mampu menjadi
faktor pendukung pada perilaku cybersex baru muncul dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir. Dampak yang dirasakan informan atas perilaku cybersex
adalah terganggunya waktu tidur informan dan cenderung terjaga hingga larut
malam karena melakukan cybersex. Selain itu, apabila tidak melakukan cybersex,
informan merasakan perasaan bingung, merasa ada yang kurang, dan gelisah.
Saran yang diberikan bagi perguruan tinggi supaya diadakan sosialisasi
dan edukasi kepada para mahasiswa terkait bahaya dari penyebaran foto pribadi
melalui jaringan internet, akibat dari penggunaan internet berlebihan, serta
penyalahgunaan perkembangan inrternet. Selain itu, untuk masyarakat perlu
membangun kecerdasan moral pada remaja sejak dini dan untuk penelitian
lanjutan terkait dampak buruk dari perilaku cybersex yang telah terjadi di
lingkungan sekitar, konsep diri dan kesehatan mental dari masing-masing pelaku
cybersex. | en_US |