Show simple item record

dc.contributor.advisorDHARMAWAN, Dion Krismashogi
dc.contributor.advisorFATMAWATI, Heni
dc.contributor.authorKESUMA, Ni Made Trismarani Sultradewi
dc.date.accessioned2019-05-03T08:28:25Z
dc.date.available2019-05-03T08:28:25Z
dc.date.issued2019-05-03
dc.identifier.nim152010101016
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/90768
dc.description.abstractStroke menempati urutan kedua penyebab kematian terbanyak di dunia dan menyebabkan 6,2 juta kematian pada tahun 2011 (Smith, 2015). Global Burden of Disease menyebutkan bahwa standar kematian berdasarkan usia dan jenis kelamin memiliki jangkauan luas di Asia. Tingkat kematian tertinggi dapat dilihat di Mongolia (222,6/100.000 orang per tahun) dan Indonesia (193,3/100.000 orang per tahun), diikuti Myanmar dan Korea Utara (Venketasubramanian, 2017). Selain menyumbangkan angka kematian yang tinggi akibat stroke, Indonesia juga memiliki angka beban stroke terbanyak kedua setelah Mongolia yaitu sebanyak 3.382,2/100.000 orang berdasarkan DALYs (disability-adjusted life-year). Prevalensi stroke di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 10,9% dan mengalami kenaikan sebanyak 3,9% dalam 5 tahun terakhir (Balitbang inap terbanyak pada tahun 2015, 2016, dan 2017 (Sub. Bag. Evaluasi Pelaporan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung). Stroke telah menciptakan beban ekonomi dan sosial terutama di negaranegara dengan pendapat rendah sampai menengah. Di Indonesia, beban biaya stroke per tahun 2014 sebesar 0,45 juta dollar atau setara dengan 6,7 trilyun rupiah dan diperkirakan akan bertambah sebanyak 12% pada tahun 2020 tanpa intervensi kesehatan yang signifikan (Finkelstein et al., 2014). Besarnya beban ekonomi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dikarenakan sampai saat ini masih belum ada pengobatan yang efektif dan efisien dalam menangani stroke yang bersifat multikausal (disebabkan oleh banyak faktor) (Nastiti, 2012). Pencegahan merupakan salah satu cara yang paling efektif dan efisien untuk mengurangi angka kejadian stroke. Pedoman pengendalian stroke di Indonesia menyebutkan bahwa deteksi dini faktor risiko stroke sangat berperan dalam upaya pengendalian dan menentukan prognosis stroke 5 tahun yang akan datang (Pedoman Pengendalian Stroke Kemenkes RI, 2013). The George Institute for Global Health (2017) menjelaskan bahwa strategi praktis dalam mengatasi beban akibat stroke harus difokuskan pada pencegahan dan penanganan berdasarkan faktor risiko. Sehingga data epidemiologi tentang gambaran faktor risiko penderita stroke sangat diperlukan sebagai cara yang paling mudah untuk mendeteksi sedini mungkin dalam mencegah stroke khususnya stroke iskemik. Selama ini banyak penelitian mengenai faktor-faktor risiko stroke iskemik namun belum ada penelitian mengenai faktor-faktor risiko stroke iskemik di kabupaten Klungkung. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien stroke yang terdata di rekam medis RSUD Klungkung pada bulan Oktober 2017 sampai dengan September 2018. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total sampling. Penelitian ini menggunakan sampel data sekunder berupa rekam medis penderita stroke iskemik yang rawat inap di RSUD Klungkung periode 1 Oktober 2017 sampai dengan 30 September 2018. Data rekam medis diambil sesuai variabel yang dibutuhkan dan direkap pada tabel instrumen penelitian. Pada penelitian ini, besar sampel seluruh pasien stroke iskemik yang dirawat inap di RSUD Klungkung pada tahun 2017-2018 yang memenuhi kriteria inklusi sampel penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: (a) Stroke iskemik yang telah ditegakkan oleh dokter spesialis saraf dan atau spesialis radiologi (b) Pasien rawat inap dengan diagnosis stroke iskemik di RSUD Klungkung dalam periode 1 Oktober 2017 sampai dengan 31 September 2018 (c) Data rekam medis yang memuat: usia, jenis kelamin, tekanan darah, kadar kolesterol, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh (IMT), aktivitas fisik, riwayat diabetes, riwayat fibrilasi atrium, dan riwayat stroke dalam keluarga. Sementara kriteria eksklusi penelitian ini meliputi: (a) Pasien stroke dengan riwayat aneurisma (b) Pasien pasca stroke hemoragik (c) Riwayat cedera kepala. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, tekanan darah, kadar kolesterol, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh (IMT), aktivitas fisik, riwayat diabetes, riwayat fibrilasi atrium, dan riwayat stroke dalam keluarga. Analisis data menggunakan SPSS 16.0. Hasil penelitian dianalisis dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat berupa gambaran distribusi yang kemudian disajikan dalam bentuk presentase tabel dan gambar yang dideskripsikan dalam bentuk narasi. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel menggunakan uji statistik chi-square dengan program SPSS 16.0 untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel berskala kategorikal atau ordinal. Interpretasi hasil memiliki korelasi bermakna jika p value < 0,05. Distribusi pasien stroke iskemik yang rawat inap di RSUD Klungkung paling banyak berada pada kelompok usia ≥ 55 tahun sampai dengan 64 tahun dengan usia rerata 61,45 ± 12,016 tahun. Pasien berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh laki-laki dengan perbandingan pasien stroke iskemik antara lakilaki dan perempuan sebesar 2,4:1. Hasil penilaian tingkat risiko berdasarkan Stroke Risk Scorecard yaitu 78,5% memiliki risiko tinggi, 13,8% memiliki risiko sedang, dan 7,7% memiliki risiko sedang. Uji statistik chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor risiko indeks massa tubuh, tekanan darah, riwayat merokok, riwayat diabetes, dan kadar kolesterol dengan tingkat risiko stroke iskemik berdasarkan Stroke Risk Scorecard. Adapun saran yang dapat diberikan yaitu penelitian selanjutnya hendaknya menggabungkan data sekunder dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner untuk menyempurnakan hasil penelitian, klasifikasi riwayat merokok hendaknya menilai durasi, jumlah rokok yang dihisap per hari, dan jenis rokok yang dapat menunjang penelitian sehingga analisis hubungan antara riwayat merokok dan tingkat risiko stroke dapat lebih akurat. Klasifikasi aktivitas fisik hendaknya menilai durasi, intensitas, dan jenis aktivitas fisik yang dapat menunjang penelitian sehingga analisis hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat risiko stroke dapat lebih akurat.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectAnatomi sarafen_US
dc.subjectStrokeen_US
dc.subjectStroke iskemiken_US
dc.subjectStroke Risk Scorecarden_US
dc.titleGambaran Faktor Risiko dan Tingkat Risiko Stroke Iskemik Berdasarkan Stroke Risk Scorecard di RSUD Klungkungen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record