Show simple item record

dc.contributor.authorAnoegrajekti, Novi
dc.contributor.authorMacaryus, Sudartomo
dc.contributor.authorSariono, Agus
dc.date.accessioned2019-04-08T06:17:45Z
dc.date.available2019-04-08T06:17:45Z
dc.date.issued2019-04-08
dc.identifier.isbn978-602-7120-02-5
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/90105
dc.descriptionYogyakarta: Best Publisher, 2019 (16 x 24 cm; 228 hlm)en_US
dc.description.abstractSeni tradisi dan ritual merupakan bagian dari kebudayaan yang dihidupi oleh masyarakat pendukungnya. Masing-masing memiliki latar belakang dan fungsi yang khas, akan tetapi keduanya juga mampu berkolaborasi. Masingmasing memiliki otonomi dan ruang inovasi, keduanya juga berpotensi untuk bersinergi. Di Banyuwangi, seni tradisi sebagian mengalami metamorfosis dan beradaptasi dengan dinamika masyarakat pendukungnya, seperti gandrung, kuntulan, mocoan, dan barong. Pelaku seni tradisi memiliki keterbukaan dan daya adaptasi terhadap tuntutan pasar, agama, dan negara. Masyarakat pendukung ritual juga memiliki keterbukaan terhadap inovasi, akan tetapi dengan tetap mempertahankan ketentuan-ketentuan baku. Gandrung mengalami metamorfosis dari seni perjuangan menjadi seni pergaulan, dan akhirnya menjadi seni hiburan. Kuntulan mengalami metamorfosis dari tuntunan agama dan media dakwah menjadi tontonan dan hiburan. Hal senada terjadi pada seni mocoan yang mengalami metamorfosis dari seni tuntunan yang berlangsung pada ruang tertutup menjadi hiburan panggung. Sedangkan seni tradisi barong pada mulanya sebagai ritual dan bermetamorfosis menjadi hiburan. Meskipun demikian, akar tradisi juga masih tampak pada jejak-jejak yang menjadi bagian dari masing-masing seni tradisi yang tetap dipertahankan. Dinamika seni tradisi tersebut terjadi dengan berbagai macam dasar dan alasan, seperti tuntutan pasar, agama, dan negara. Sementara itu, damarwulan memang sejak awal berdirinya dirancang untuk seni hiburan. Sebagai teater tradisional pada mulanya damarwulan membawakan lakon cerita dengan latar belakang sejarah kerajaan Majapahit. Dalam perkembangan selanjutnya, lakon yang dibawakan berkembang pada cerita rakyat, sejarah Demak dan Mataram, serta sejarah nasional. 8 1 Tuntutan pasar tampak pada gandrung yang sebagian meninggalkan adegan baku seperti jejer dan seblang-seblang. Gejala lainnya tampak pada tanggapan dengan durasi pendek sekitar 2 (dua) jam yang digelar di hotel, rumah makan, korporasi, dan paket wisata budaya. Adaptasi kuntulan terhadap pasar menampilkan lagu-lagu baru yang sedang populer di masyarakat, mocoan yang lebih mengutamakan adegan lawak dan tembang, serta barong yang menyajikan cerita-cerita baru seperti pada damarwulan. Tuntutan agama tampak pada kecenderungan munculnya gandrung kebaya, meninggalkan minuman beralkohol, dan pentas diakhiri menjelang subuh. Sedangkan tuntutan negara tampak pada pengembangan seni tradisi dan ritual dalam format fesyen besar yang dirancang secara modern untuk sajian masyarakat internasional dan penyatuan berbagai peristiwa budaya dalam kalender Banyuwangi Indonesia Festival 2018 yang sebelumnya bertajuk Calender Banyuwangi Festival (BEC) yang dipublikasi sejak tahun 2012. Akar budaya tersebut dipertahankan untuk memperkenalkan kekayaan budaya masyarakat Banyuwangi kepada masyarakat dunia.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectEtnografien_US
dc.subjectSeni Tradisien_US
dc.subjectRitualen_US
dc.subjectBanyuwangien_US
dc.titleEtnografi Seni Tradisi dan Ritual Banyuwangien_US
dc.typeBooken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record