dc.description.abstract | Desa Sumberasri merupakan sebuah desa yang mayoritas masyarakatnya
bekerja sebagai petani, dengan komoditas utama padi dan kedelai, namun seiring
berjalanya waktu, pertanian di desa Sumberasri telah mengalami suatu transisi,
yaitu dari tanaman utama yang berupa padi mulai beralih pada tanaman winihan.
Tanaman winihan yang banyak di budidayakan oleh petani adalah tanaman pare
dan gambas. Petani mulai beralih menanam tanaman winihan karena harga pasar
jauh lebih mahal dari pada tanaman padi. Namun yang menjadi komoditas utama
adalah tetap tanaman padi, karena tidak semua petani di desa Sumberasri beralih
untuk membudidayakan tanaman winihan.
Mayoritas masyarakat desa Sumberasri terutama yang bekerja sebagai
petani rata-rata saat ini hanya memiliki anak dengan jumlah 2-3 orang. Hal ini
berbeda dengan masyarakat pertanian di Jawa pada jaman dahulu yang memiliki
jumlah anak yang cukup banyak, karena masyarakat dahulu masih percaya dengan
istilah “banyak anak banyak rejeki”. Namun saat ini telah terjadi pergeseran
makna yang diyakini oleh masyarakat yaitu “setiap anak memiliki rejeki masingmasing”, selain itu masyarakat juga telah mengenal sistem keluarga berencana.
Dengan rata-rata jumlah kepemilikan anak yang sedikit tersebut, petani justru
cenderung tidak mengarahkan anak-anaknya pada bidang pertanian, karena bagi
mereka yang memiliki lahan sempit yaitu sekitar 0,25-1,0 Hektar, pekerjaan
bidang pertanian tidak memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah nilai anak pada keluarga petani
di desa Sumberasri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai anak
pada keluarga petani dan menganalisis apakah adanya proses regenerasi petani di
desa Sumberasri. | en_US |