Show simple item record

dc.contributor.advisorRiyanti, Rini
dc.contributor.advisorWahyudi, Septa Surya
dc.contributor.authorHAPSARI, Nimas Luthfiana
dc.date.accessioned2019-04-04T03:37:47Z
dc.date.available2019-04-04T03:37:47Z
dc.date.issued2019-04-04
dc.identifier.nimNIM152010101068
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/90008
dc.description.abstractTalasemia adalah suatu kelainan herediter autosomal resesif yang disebabkan oleh gangguan sintesis dari satu atau lebih rantai hemoglobin. Pada tahun 2016, terdapat 7.238 penderita talasemia mayor yang tercatat dan dilaporkan oleh Yayasan Talasemia Indonesia – Perhimpunan Orangtua Penderita Talasemia. Salah satu terapi yang diberikan pada pasien talasemia β mayor adalah transfusi darah. Transfusi darah yang dilakukan secara rutin dapat mengakibatkan kelebihan besi dalam tubuh. Besi bebas dapat mengkatalisis pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) yang berbahaya, seperti radikal hidroksi (OH- ) yang berasal dari hidrogen peroksida melalui reaksi Fenton. Apabila terjadi penumpukan besi pada kelenjar hipofisis anterior, akan mengganggu sekresi dari Growth Hormone (GH), Thyroid-Stimulating Hormone (TSH), dan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) sehingga pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu. Salah satu penanda yang dapat digunakan untuk mengukur kelebihan besi pada tubuh adalah dengan mengukur kadar feritin dalam plasma. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian analitik observasional, dengan rancangan penelitian cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode total sampling. Sampel penelitian merupakan pasien yang terdiagnosis talasemia β mayor di Poli Anak dan Poli Penyakit Dalam umur 1-18 tahun yang menjalani transfusi rutin di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi dan Rumah Sakit Jember Klinik pada tanggal 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember 2018. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson dengan interval kepercayaan 95% atau p<0,05. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan jumlah sampel sebesar 15 sampel. Sebagian besar sampel berada pada usia 5-11 tahun. Rata-rata kadar feritin sampel adalah 3.683,36 ng/ml, dengan kadar feritin minimum sebesar 905,30 ng/ml, dan kadar feritin maksimum sebesar 22.744,00 ng/ml. Sementara, rata-rata tinggi badan sampel adalah 135,60 cm, dan berat badan sampel sebesar 30,54 kg. Terdapat hubungan korelasi negatif sangat kuat yang signifikan antara kadar feritin dengan tinggi badan (p = 0,000; r = -0,945), dan berat badan (p = 0,000; r = -0,912). Dapat disimpulkan bahwa transfusi darah berulang dapat menyebabkan kelebihan besi pada pasien talasemia β mayor.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries152010101068;
dc.subjectKadar Feritinen_US
dc.subjectTinggi Badanen_US
dc.subjectBerat Badanen_US
dc.subjectPasien Talasemia β Mayoren_US
dc.titleHubungan Antara Kadar Feritin dengan Tinggi Badan dan Berat Badan Pada Pasien Talasemia β Mayor di Rumah Sakit di Jemberen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record