dc.description.abstract | Petugas sampah merupakan pekerja yang bergerak di sektor informal yang
setiap harinya senantiasa bergelut dengan sampah. Sampah terdiri dari bahan organik
maupun anorganik yang memiliki sifat toksik atau racun dan juga terdapat beberapa
bahan yang memiliki sifat alergen. Menggeluti pekerjaan sebagai petugas sampah
memiliki risiko yang cukup besar untuk terkena penyakit kulit atau dermatosis.
Dermatosis dapat terjadi pada petugas sampah karena sikap mereka yang kurang
memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ketika beraktivitas
dengan pekerjaannya. Aspek K3 petugas sampah semestinya harus diperhatikan yaitu
antara lain hygiene perseorangan, perilaku penggunaan alat pelindung, lama kontak
dan masa kerja yang erat hubungannya dengan kontak terhadap sampah yang dapat
menimbulkan dermatosis.
Dermatosis merupakan penyakit kulit kategori umum yang mencakup berbagai
jenis penyakit kulit diantaranya dermatitis, baik dermatitis kontak iritan maupun
dermatitis kontak alergi. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) terdapat
sebanyak 20 titik lokasi di dalam kota yang beroperasi di bawah naungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Jember. Berdasarkan data yang diperoleh oleh Dinas
Kesehatan Kabupatern Jember tahun 2015, menyatakan bahwa kejadian dermatitis
kontak menduduki peringkat pertama dari semua penyakit kulit yang terjadi pada
tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah utuk menganalisis faktor risiko Dermatosis
pada Petugas Sampah di TPST Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jember. Jenis
penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60
responden dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Pengambilan data
dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengukuran untuk mendapatkan
informasi tentang variabel yang diteliti.
Variabel independent pada penelitian ini yaitu usia, riwayat penyakit kulit,
riwayat alergi, masa kerja, hygiene perseorangan, perilaku penggunaan alat
pelindung, lama kontak, suhu dan kelembaban. Data primer yakni berasal dari hasil
wawancara, observasi dan pengukuran pada petugas sampah. Instrumen pengumpulan
data yang digunakan pada penelitian ini yakni kuesioner, lembar observasi dan alat
ukur thermohygrometer. Pengolahan data yang digunakan terdiri dari data coding,
data edit, scoring, data entry dan data cleaning. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji Chi-Square untuk menghubungkan variabel dependent
dengan variabel independent.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 52 responden (86,7%) berusia > 30
tahun, 51 responden (85%) tidak memiliki riwayat penyakit kulit, 55 responden
(91,7) tidak memiliki riwayat alergi, 45 responden (75%) telah bekerja selama > 14
tahun, 49 responden (81,7%) memiliki hygiene perseorangan yang tidak baik, 51
responden (85%) yang tidak menggunakan APD ketika bekerja, 45 responden (75%)
bekerja selama > 4 jam dalam sehari, 40 responden (66,7%) bekerja pada suhu >
24oC, 32 responden (53,3%) bekerja pada kelembaban 0%-75%, 38 responden
(63,3%) yang terdiagnosis dermatosis oleh dokter. Hasil uji statistik menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara masa kerja, hygiene perseorangan, perilaku
penggunaan APD (alat pelindung sepatu) dan lama kontak dengan dermatosis (pvalue
< 0,05) dan tidak terdapat hubungan antara usia, riwayat penyakit kulit, riwayat
alergi, suhu dan kelembaban dengan dermatosis ( pvalue > 0,05). | en_US |