dc.description.abstract | Indikator kepemimpinan yang berhasil bilamana seorang pemimpin dapat
mempengaruhi anggotanya dan bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan. Sultan Hamengku Buwono IX sebagai pemimpin di
wilayah Yogyakarta memiliki tujuan ingin melepaskan pengaruh kolonialisme Jepang
maupun Belanda. Keberhasilan Sultan Hamengku Buwono IX dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan mengalami beberapa hambatan dengan kebijakan-kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintahan pendudukan Jepang maupun Belanda.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui; 1). Kepemimpinan Sultan
Hamengku Buwono IX dalam menghadapi kebijakan-kebijakan pemerintahan Jepang
di wilayah Kasultanan Ngayogyakarta; 2). Alasan Sultan Hamengku Buwono IX
sebagai pemimpin di wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
mengintegrasikan wilayah Kasultanan ke dalam Republik Indonesia; 3). Upaya
Sultan Hamengku Buwono IX sebagai pemimpin di Daerah Istimewa Yogyakarta
dalam menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu psikologi, untuk menganalisis
keputusan-keputusan yang dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono IX, sedangkan
teori yang digunakan adalah teori kepemimpinan. Metode yang digunakan oleh
penulis adalah metode sejarah yang meliputi empat tahap yaitu; 1). Heuristik; 2).
Kritik; 3). Interpretasi; 4). Historiografi. Sumber-sumber yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder berupa buku yang
diperoleh dari perpustakaan maupun koleksi pribadi. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono IX dalam
menghadapi kolonialisme di wilayah Yogyakarta tahun 1942-1949 berhasil secara
efektif dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Berbekal pendidikan di
Universitas Leiden dipadukan dengan pemikiran adat tradisional jawa,
Kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono IX di Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat mampu menghadapi kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh
Jepang maupun Belanda.
Sultan Hamengku Buwono IX berhasil merubah struktur birokrasi
pemerintahan dengan kepemimpinan demokratis dan dapat menghambat kebijakan
pengerahan romusa pada pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Pada tahun 1945
Sultan Hamengku Buwono IX dengan jiwa besar dan pemikiran yang cerdas
mengintegrasikan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ke dalam Republik
Indonesia untuk berjuang secara kolektif dengan pemimpin-pemimpin Republik
Indonesia menghadapi Agresi Militer Belanda, bahkan Yogyakarta dipersembahkan
sebagai ibu kota sementara Republik Indonesia pada tahun 1946. Pada tahun 1948 di
saat genting, dimana Presiden dan Wakil Presiden Indonesia ditawan oleh Belanda
pada Agresi Militer II di Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono IX sebagai
pemimpin di Yogyakarta mampu mempertahankan eksistensi Republik Indonesia
dengan pemikiran yang cerdas menggagas Serangan Umum 1 Maret 1949 yang hanya
bisa dilakukan oleh pemimpin karismatik dengan memadukan rakyat Yogyakarta dan
Tentara Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penandatanganan kedaulatan
Republik Indonesia oleh Belanda. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dalam
kerangka Negara Republik Indonesia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman
kolonialisme berkat kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono IX yang cerdas,
demokratis, karismatik, nasionalis, dan berjiwa besar. | en_US |