Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dan Ny.S Dengan Tuberkulosis Paru Yang Mengalami Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang Melati Rsud Dr. Haryoto Lumajang 2017
Abstract
Tuberkulosis Paru merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh dunia. Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Micobacterium Tuberculosa. Cara penularannya melalui udara atau air-borne infection, dan orang yang menghirup kuman tersebut berisiko untuk tertular penyakit tuberkulosis paru. Kuman tersebut akan memasuki mukosilier pernafasan hingga ke alveoli kemudian akan terjadi peradangan pada bronkus, serta meningkatkan produksi sputum. Hal tersebut menyebabkan terjadinya masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan Tuberkulosis Paru dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang. Metode penelitian yang digunakan adalah laporan kasus, partisipan penelitian ini adalah 2 pasien yang terdiagnosa tuberkulosis paru dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang. Penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan cara wawancara terhadap klien maupun keluarga, observasi dengan cara pemeriksaan fisik, dan juga dokumentasi yang didapat dari buku rekam medik klien. Intervensi yang dilakukan penulis terhadap partisipan TB Paru dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu manajemen jalan nafas dengan penekanan pada batuk efektif. Tindakan ini penulis lakukan 1 kali sehari dengan waktu 10 menit dengan dilakukan pengulangan sebanyak 3 – 4 kali. Hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua klien belum menunjukkan teratasinya masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas, akan tetapi kedua pasien sudah bisa melakukan batuk efektif secara mandiri tanpa bantuan perawat, pada auskultasi suara nafas tambahan (ronchi) pada kedua klien berkurang setelah dilakukannya tindakan batuk efektif. Dari hasil tersebut bagi peneliti selanjutnya tentang masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas diharapkan untuk menambah frekuensi latihan batuk efektif per harinya agar hasil yang didapatkan lebih maksimal, juga bisa diselingi dengan tindakan lain seperti terapi komplementer. Kepada keluarga diharapkan melatih pasien untuk melakukan tindakan batuk efektif pada saat akumulasi seket pasien meningkat kembali.