Show simple item record

dc.contributor.advisorMUSVIRO
dc.contributor.authorSEPTIANI, Faradita Tria
dc.date.accessioned2018-08-09T02:55:56Z
dc.date.available2018-08-09T02:55:56Z
dc.date.issued2018-08-09
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/87003
dc.description.abstractPenyakit infeksi masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada anak-anak khususnya Infeksi saluran pernafasan termasuk bronkopneumonia. Insidensi penyakit infeksi meningkat 40% dari tahun 2014. Di Indonesia sendiri berdasarkan survei 15% kematian balita yaitu masih disebabkan oleh infeksi yakni infeksi saluran pernafasan yang bersifat akut. Biasanya batuk tidak efektif dan menyebabkan hidung tersumbat, anak usia < 5 tahun tidak dapat mengatur bersihan jalan nafas secara mandiri sehingga anak yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas ini berisiko tinggi untuk sesak nafas dan meninggal. Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu individu mengalami ancaman pada kondisi pernafasan terkait anak dengan ketidakmampuan batuk secara efektif yang disebabkan akumulasi sekret. Dampak dari penumpukan sekret ini dapat mengganggu jalan nafas dan dapat menimbulkan gejala berupa sesak nafas pada anak. Jika infeksi kuman tersebut tidak ditangani terdapat komplikasi berupa sianosis karena sesak akibat penumpukan sekret yang berlebih sehingga memerlukan perawatan, pada kasus yang berat dan bayi atau anak biasa mengalami gagal jantung yang menyebabkan kematian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada kedua pasien yaitu dengan teknik interview/ wawancara pada keluarga pasien karena pasien berusia < 5 tahun. Teknik kedua yaitu teknik observasi kondisi klinis pada anak khususnya tanda-tanda ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Teknik dokumentasi juga penting dilakukan dengan meninjau pemeriksaan penunjang pada pasien. Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien anak Bronkopneumonia dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas memiliki 10 batasan karakteristik dengan adanya suara nafas tambahan berupa ronkhi, perubahan irama dan frekuensi pernafasan, sianosis, kesulitan untuk berbicara, penurunan suara nafas, batuk tidak efektif atau tidak ada, ortopnea, mata terbelalak dan gelisah. Intervensi dan Implementasi keperawatan yaitu memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, melakukan fisioterapi dada berupa clapping, auskultasi suara nafas, terapi kolaborasi oksigenisasi, farmakologi dengan bronkodilator dan nebulizer, pemantauan pernafasan dengan selalu memantau di sistem pernafasan pasien. Evaluasi yang didapatkan anak bronkopneumonia dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu dalam 3 hari perawatan didapatkan 3 dari 7 kriteria hasil yang dapat diselesaikan yaitu irama nafas reguler, frekuensi pernafasan dan kedalaman inspirasi. Saran bagi penulis selanjutnya perawatan pada pasien Bronkopneumonia dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas membutuhkan waktu lebih dari 3 hari untuk mencapai terpenuhinya keseleuruhan dari kriteria hasil yang direncanakan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKeperawatanen_US
dc.subjectBronkopneumoniaen_US
dc.subjectKeperawatan Anaken_US
dc.titleAsuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia pada An. D dan An. J dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Ruang Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018en_US
dc.typeDiploma Reporten_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record