| dc.description.abstract | Di Indonesia, permasalahan sampah masih menjadi permasalahan yang serius, terutama kota dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statisik tahun 2016, Indonesia memproduksi sampah mencapai lebih dari 65 juta ton per hari. Peningkatan jumlah sampah pada TPA menyebabkan terjadinya proses dekomposisi alamiah  yang berlangsung secara besar-besaran dan mengubah sampah menjadi pupuk organik yang menghasilkan hasil akhir berupa leachate (air lindi). Dampak pencemaran yang disebabkan oleh air lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat berpengaruh pada perubahan  fisik  air,  suhu,  rasa,  bau  dan  kekeruhan  serta  membahayakan kehidupan manusia  karena dapat  bersifat  racun  bagi  tubuh apabila  jumlahnya berlebihan serta dapat menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat pencemaran pada air lindi yaitu dengan mekanisme koagulasi-flokulasi. PAC dan tawas dipilih karena kemampuannya dalam menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid dan dapat mengatasi serta mengurangi gaya tolak-menolak elektrostatis antar partikel sampai sekecil mungkin yang memungkinkan partikel koloid saling mendekat dan membentuk gumpalan lebih besar. Hasil uji laboratorium pada pengukuran awal menunjukan pH 7,1 dan TSS 1790 mg/l. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan penurunan pH dan TSS pada air lindi yang tidak diberi perlakuan dengan air lindi yang diberi penambahan serbuk PAC dan serbuk Tawas sebesar 1600 mg/l, 2600 mg/l, dan 3600 mg/l selama 76 menit.
Penelitian ini merupakan true experiment dengan bentuk posttest only control  group  desaight.  Tahap  pertama  adalah  persiapkan  serbuk  PAC  dan Tawas, penimbangan menjadi tiga kelompok masing-masing 1600  mg/l, 2600 mg/l dan 3600 mg/l. Pada penelitian ini, air lindi yang diperlukan sebanyak 48 liter. Air lindi dibagi menjadi empat kelompok dan masing kelompok terdiri dari enam sampel air lindi. Kelompok pertama tidak diberi perlakuan (K), kelompok kedua dikontakan dengan PAC dan Tawas 1600 mg/l  (X1), kelompok ketiga dikontakan dengan PAC dan Tawas  2600   mg/l,   dan   kelompok   keempat dikontakan dengan dengan PAC dan Tawas 3600 mg/l. Setiap air lindi diaduk selama 1 menit dengan kecepatan 400 rpm (pengadukan cepat) dan 15 menit dengan kecepatan 150 rpm (pengadukan lambat). Kemudian, proses pengendapan selama 60 menit.
Hasil uji statistik pada penurunan pH dan TSS menunjukan terdapat beberapa kelompok perlakuan yang tidak berditribusi normal. Pada uji Kruskal- wallis diperoleh hasil bahwa ada perbedaan antar kelompok perlakuan. Pada pH, kelompok  X3 pada PAC  dan  Tawas  memiliki tingkat  penurunan  yang paling tinggi,  pada  PAC  penurunan  mencapai 9,72%  sedang pada  Tawas penurunan mencapai  12,5%.  Pada  TSS,  PAC  kelompok  X2  memiliki  tingkat  penurunan paling tinggi mencapai 51,34%, sedangkan pada Tawas kelompok X3 memiliki tingkat penurunan paling tinggi mencapai 91,59%. Hal ini menunjukan bahwa penambahan PAC dan Tawas   manpu menurunkan pH dan TSS pada air lindi. Kandungan pH dan TSS pada air lindi menunjukan pengelolaan limbah masih belum baik. Oleh karena itu pihak pengelola TPA disarankan untuk menggunaan PAC dan Tawas untuk menurunkan pH dan TSS. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian dalam bentuk pre-post control group desaign, dengan menambahkan dosis  PAC dan Tawas dengan memperhatikan kecepatan putaran Jar-Test untuk menurunkan pH dan TSS dibawah Baku Mutu Air Limbah (BMAL) pH 6-9, dan TSS 100 mg/l. | en_US |