dc.description.abstract | Keberhasilan dalam program ketahanan pangan sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam produksi pertanian. Salah satu faktor teknis yang sangat mendukung dalam produktivitas pertanian adalah ketersediaan air irigasi yang baik dan sesuai kebutuhan tanaman. Air merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat khususnya di bidang pertanian. Dalam sistem pengelolaan irigasi terdapat lembaga- lembaga yang dianggap penting untuk mengembangkan dan menyesuaikan kegiatan terhadap perubahan unsur-unsur kelembagaan tersebut. Lembaga tersebut salah satunya adalah terbentuknya HIPPA. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan: (1) Bagaimanakah Tata Kelola Irigasi oleh HIPPA ”Tirtosari”di Desa Kesambirampak Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo?. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan alasan bahwa; (1) Desa Kesambirampak merupakan salah satu desa yang paling banyak luas baku sawah dan merupakan sawah teknis yang ada di Kabupaten Situbondo, (2) Desa Kesambirampak mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, (3) Desa Kesambirampak terdapat lembaga HIPPA yang tidak aktif. (4) Banyak permasalahan dalam pengelolaan irigasi antara petugas irigasi desa dengan petugas irigasi pemerintah.
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan harapan dapat memberikan data yang valid. Untuk teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive. Setelah mendapat data dari informan,kemudian peneliti mengolah data dengan menggunakan teknik trianggulasi data. Pada penelitian ini menggunakan teori kelembagaan yang dinilai mampu menganalisis berbagai fenomena yang terjadi di lapangan.
Dalam penelitian yang dilakukan di desa Kesambirampak Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo terkait dengan Kelembagaan dalam pengelolaan irigasi terdapat lembaga-lembaga yang dianggap penting di dalamnya. Salah satunya adalah dengan terbentuknya organisasi HIPPA yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan juga Dinas Pengairan.
Upaya Dinas Pertanian dalam kaitannya dengan peningkatan produksi pangan selama ini bekerja sama dengan Dinas Pengairan, Bapeda, LSM, dan HIPPA. Dinas Pertanian berkontribusi berupa bantuan seperti bibit, pompa air, mesin dan sebagainya guna menunjang keberhasilan produksi pertanian. Dinas Pengairan dalam hal pengelolaan irigasi tidak terlibat secara langsung dalam distribusi air pada petani. Dinas Pengairan hanya memantau air sampai di pintu sekunder.Selanjutnya pengendalian air irigasi di tingkat tersier berada di tangan organisasi HIPPA melalui Ulu-ulu.
HIPPA sebagai organisasi petani pemakai air irigasi 2(dua) tahun terakhir tidak berperan aktif dalam distribusi air mulai dari saluran tersier sampai ke petak sawah petani. Artinya organisasi HIPPA”Tirtosari”di desa Kesambirampak tersebut mengalami kemacetan. HIPPA yang seharusnya ikut mengontrol keluar masuknya air ke petak sawah petani,pada akhir-akhir ini tidak bekerja secara efektif sehingga menyebabkan distribusi air terganggu. Dalam beberapa hal HIPPA hanya ikut turun langsung jika mau ada bantuan. Hal tersebut disebakan karena lemahnya koordinasi dalam organisasi HIPPA sendiri,demikian juga dengan instansi lain yang terkait.
Dampak dari lemahnya kinerja organisasi HIPPA ataupun isntansi lain yang terkait ditengah masyarakat menyebabkan terjadinya konflik perebutan air antara petani dengan petani, bahkan terjadi diantara petani dengan Ulu-ulu. Di sisi lain,kinerja Ulu-ulu menjadi sangat komersial,bahkan terjadi “politik uang” untuk mempercepat mendapatkan air. | en_US |