dc.description.abstract | Tuberkulosis (TBC) merupakan suatu penyakit menular secara langsung yang menjadi perhatian global saat ini, pencegahan dan pengendaliannya terus dilakukan dalam upaya menurunkan angka insidensi dan mortalitas yang disebabkan oleh TBC. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur kasus tuberkulosis pada tahun 2015 meningkat daripada tahun 2014 sebesar 324.539 kasus. Selain itu, pada tahun 2015 jumlah kasus TBC Paru tertinggi berada di Kabupaten jember dengan angka 1.183 kasus pada laki-laki dan 943 pada perempuan. Kabupaten Jember menduduki peringkat pertama prevalensi TBC Paru diseluruh Eks-Karesidenan Besuki, dan salah satu penyumbang kasus TBC adalah Lembaga Pemasyarakatan.
Berbagai upaya dilakukan dalam mencegah dan mengendalikan penularan TBC di Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia, salah satunya adalah penemuan kasus secara aktif dengan melakukan skrining massal TBC. Skrining massal tuberkulosis bertujuan sebagai intensifikasi penemuan kasus TBC di Lapas ataupun rutan dengan TCM TBC. Jumlah kasus TBC di Lapas ataupun rutan akan menjadi suatu indikator pendukung untuk tercapainya indikator dampak keberhasilan penanggulangan TBC baik ditingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Pelaksanaan skrining massal tuberkulosis di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten Jember dilakukan dengan kerjasama antara Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dan Rumah Sakit Paru Jember. Skrining massal tuberkulosis dilakukan kepada semua orang yang berada didalam Lapas antara lain petugas lapas, tahanan dan narapidana
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan model skrining massal tuberkulosis dan kasus TBC Paru di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten Jember dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan kajian kepada data sekunder dan wawancara terhadap penanggung jawab program serta koordinator kegiatan skrining massal tuberkulosis di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten Jember. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi data dan wawancara. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah capaian jumlah sasaran skrining, kebutuhan logistik, tenaga pelaksana, mekanisme alur kerja skrining, cakupan penemuan kasus TBC, PPV, jumlah kasus pengobatan dan tindak lanjut pasca penemuan kasus TBC. Selain itu, melihat jumlah kasus TBC tahun 2015 sebelum adanya skrining dan tahun 2016-2017 setelah dilakukannya skrining.
Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan skrining massal TBC dilaksanakan dengan jejaring kerjasama internal dan external sesuai dengan panduan umum penanggulangan TBC di UPT Pemasyarakatan. Selain itu, skrining massal TBC bisa dikembangkan sesuai dengan kondisi di Lembaga Pemasyarakatan. Alur diagnosa skrining massal mengadaptasi dari alur diagnose TB pada dewasa. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini capaian jumlah sasaran terdapat 678 orang berhasil terjaring dan 6 orang gagal terskrining, logistik yang digunakan pada saat pelaksanaan adalah logistik non OAT dari lapas dan Dinkes Jember. Tenaga pelaksana yang terlibat dalam skrining massal adalah tim tenaga kesehatan dan non kesehatan yang dibentuk pada saat persiapan skrining dan tidak memiliki jadwal kerja, PPV dari skrining massal tuberkulosis sebesar 9,86% dan 100%. Pengobatan kasus 6 orang TBC-BTA positif dan 1 orang TBC-RO yang berhasil sembuh hanya sejumlah 4 orang. Dampak skrining massal tuberkulosis terhadap jumlah kasus tahun 2015-2017 cukup terlihat baik dengan adanya penemuan kasus suspect TBC pada tahun 2015-2017 sudah menurun yang awalnya 97 kasus meningkat menjadi 148 kasus menjadi 26 kasus. Kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis antara tahun 2016 dan 2017 yang ditemukan sejumlah 9 dan 7 kasus.
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah Lembaga pemasyarakatan memperbaiki jejaring kerja internal untuk dalam upaya perbaikan pelaksanaan skrining massal TBC, peningkatan kerjasam eksternal terkait tersangka kasus TBC yang bebas saat dalam masa pengobatan, serta mengupayakan skrining menjelang bebas untuk mengurangi risiko penularan pada masyarakat umum. | en_US |