dc.description.abstract | Masa usia dini merupakan fase pengenalan lingkungan. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima, ditanggapi kemudian ditiru oleh anak usia dini sesuai dengan kepribadian masing-masing. Anak usia dini adalah peniru terbaik, dan lingkungan sekitarnya adalah pelaku role model. Dalam tugas perkembangannya, anak usia dini akan melewati beberapa fase dengan berbagai permasalahan dalam proses perkembangannya. Di TK PGRI I Mumbulsari khususnya di kelompok A, peneliti mendapati permasalahan yang dihadapi di sekolah tersebut mengenai perilaku seorang anak. Anak tersebut yang berinisial “V” sering mengganggu temantemannya, menyakiti bahkan memukul dan sering melakukan kekerasan fisik lainnya terhadap teman-teman sekelasnya. Perilaku ini bahkan sempat memancing pertengkaran antara ibu “V” dengan ibu salah seorang teman yang dipukulnya, “V” juga terkesan mengalami masalah pengendalian emosi misalnya ia menangis sambil berteriak lalu merusak dan melempar barang-barang yang ada disekitarnya saat keinginannya tidak terpenuhi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengapa anak yang berinisial “V” dari kelompok A di TK PGRI I tersebut mengalami masalah perilaku agresif. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengapa anak yang berinisial “V” dari kelompok A di TK PGRI I tersebut mengalami masalah perilaku agresif. Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus, dan lokasi penelitian ini dilaksanakan di TK PGRI I khususnya di kelompok A, di Desa Karang Kedawung Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2017/2018. Metode pengambilan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Miles & Huberman, aktivitas dalam analisis data meliputi Data Reduction, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verification. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa “V” mengalami masalah perilaku agresif disebabkan karena beberapa faktor yang mendominasi, yaitu meniru (modelling), frustasi yang terjadi karena menjadi korban kekerasan dan penguatan (reinforcement) yang diberikan, pola asuh yang tidak konsisten serta faktor pendukung yaitu sabotase antar orang tua. Meniru (modelling) didapat karena “V” sering melihat adegan kekerasan di televisi, selain itu ia juga sering melihat aksi kekerasan saat mengikuti ayahnya melatih kegiatan bela diri. “V” menjadi korban kekerasan karena ibu “V” selalu mencubit atau memukul saat “V” tidak menurut kepadanya, “V” yang menjadi korban kekerasan akan cenderung menjadikan orang lain sebagai pelampiasan rasa frustasinya. Ibu “V” juga selalu menuruti semua keinginan “V” saat ia mengamuk, jadi “V” cenderung selalu mengamuk agar keinginannya terpenuhi, hal tersebut membuat “V” menerima penguatan (reinforcement). Pola asuh yang tidak konsisten misalnya ibu “V” yang cenderung otoriter karena selalu memukul saat “V” tidak patuh dan ayah “V” yang permisif karena sibuk bekerja juga sangat mempengaruhi masalah perilaku agresif yang dialami “V” saat ini. Sabotase antar orang tua merupakan faktor pendukung karena kurangnya kerjasama antara ayah dan ibu dalam mendidik anak dapat membuat anak berpihak pada salah satu pihak entah ayah atau ibu yang ia anggap lebih baik dan lebih banyak memberi keleluasaan. Hal tersebut memicu pertengkaran antar orang tua dan meningkatkan agresivitas anak. Saran yang disampaikan dari hasil penelitian ini adalah hendaknya orang tua menerapkan pola asuh yang baik agar tercipta perilaku yang baik pula bagi anak, dan memberikan teladan yang tepat untuk menunjang perkembangan serta pertumbuhan anak. Hendaknya guru memberikan pengawasan khusus pada anak yang memiliki kecenderungan agresif dan melakukan bimbingan konseling. Untuk peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu reverensi dalam penelitian agar lebih mendalami untuk menemukan aspek lainnya | en_US |