Efektivitas Musik Pengiring Kerja Dalam Menurunkan Tingkat Kebosanan Pekerja Sortasi Tembakau Di Kopa Tarutama Nusantara Jember
Abstract
Kebosanan dapat dirasakan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja,
tidak memandang usia ataupun pekerjaan yang dilakukan. Kebosanan yang
dirasakan seorang individu menimbulkan ketidaknyamanan seperti kurang fokus,
melakukan keselahan, atau lamban dalam melakukan aktivitas. Kebosanan dapat
dihilangkan apabila individu dapat menemukan sesuatu hal yang menarik baginya
dan membuat suasana hatinya kembali senang seperti pemberian musik pengiring
kerja. Musik pengiring kerja adalah musik yang disajikan untuk mengiringi tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya. Penelitian ini menganalisis efektivitas
musik pengiring kerja dalam menurunkan tingkat kebosanan pekerja di KOPA
Tarutama Nusantara Kabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Pre-experimental dengan metode
pretest posttest design yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas musik
pengiring kerja yang dengan durasi 1 jam dan 1,5 jam terhadap tingkat kebosanan
pekerja. Objek penelitian ini adalah para pekerja sortasi daun tembakau yang
seluruhnya adalah wanita di KOPA Tarutama Nusantara yang memiliki pekerjaan
yang monoton dan repetitif dimana cara sortasi adalah memilah daun tembakau
menurut kualitas, warna dan ukuran dalam bentuk untingan. Pekerja yang
melakukan sortasi memiliki jam kerja selama 7 jam, dimulai pukul 06.30 WIB
sampai pukul 15.30 WIB. Sesi istirahat diberikan dua kali yaitu mulai pukul 09.00
WIB hingga pukul 09.30 WIB dan pada pukul 12.00 WIB hingga pukul 13.00
WIB selama 6 hari kerja, hari Senin hingga hari Sabtu. Tingkat kebosanan pekerja
diukur dengan menggunakan BPS (Boredom Pronesness Scale) yaitu kuesioner
baku yang memiliki 18 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan negatif dengan tingkatan kebosanan dibagi menjadi “Normal”, “Bosan”, dan “Sangat Bosan”.
Tehnik pengambilan data dilakukan dengan wawancara menurut kuesioner BPS
saat sebelum dan sesudah pemberian perlakuan musik pengiring kerja dan studi
dokumentasi. Musik pengiring kerja diberikan dengan 2 macam durasi yaitu 1 jam
dan 1,5 jam yang diberikan saat menjelang istirahat dan menjelang pulang.
Pemberian musik pengiring kerja dilakukan selama seminggu masa kerja dengan
durasi 1 jam, kemudian pemberian jeda selama seminggu, dilanjutkan dengan
pemberian musik pengiring kerja dengan durasi 1,5 jam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja sortasi daun tembakau
sebagian besar memiliki usia produktif yaitu 40-59 tahun, sebagian besar tingkat
pendidikan terakhir adalah berpendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs), dan
mayoritas pekerja memiliki masa kerja >3 tahun. Karakteristik responden yang
ada tidak memiliki hubungan dengan tingkat kebosanan dikarenakan kebosanan
disebabkan karena lingkungan kerja yang kurang mendukung. Berdasarkan uji
wilcoxon, perbedaan kebosanan sebelum dan sesudah diberi musik pengiring kerja
dengan durasi 1 jam dan durasi 1,5 jam pada pekerja sortasi daun tembakau di
gudang TTN 1 dinilai signifikan. Pemberian musik pengiring kerja lebih efektif
diberikan pada waktu – waktu tertentu seperti menjelang istirahat dan menjelang
pulang (indusrial music) dengan keefektivan 50% untuk durasi musik 1,5 jam.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti menyarankan KOPA
Tarutama Nusantara untuk memberikan musik pengiring kerja untuk mengurangi
kebosanan dengan durasi 1,5 jam untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman..
Pemutaran musik tidak hanya satu jenis musik saja, namun seluruh genre musik
seperti dangdut, pop, qosidah, india, dan banyuwangian (Osing) dapat diputarkan
karena setiap individu memiliki kesukaan musik yang berbeda-beda. Diharapkan
perusahaan memutarkan musik kerja pada waktu yang tepat untuk meningkatkan
semangat kerja. Secara teknis dapat dilakukan pada waktu menjelang istirahat dan
waktu menjelang pulang.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]