dc.description.abstract | Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman perkebunan yang
berasal dari hutan hujan tropis di wilayah Amerika Tengah, tepatnya pada wilayah
18o LU sampai 15oLS. Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas sub
sektor perkebunan unggulan di Indonesia. Kakao merupakan tanaman yang
memerlukan adanya penaung dalam kegiatan budidayanya. Peran dari tanaman
penaung dalam kegiatan budidaya tanaman kakao sangat besar, terutama sebagai
pelindung tanaman kakao dari intensitas cahaya matahari berlebih yang mampu
merusak tanaman kakao, sebagai pengatur kelembaban udara, suhu, lengas tanah,
unsur hara serta bahan organik. Tanaman penaung dikombinasikan dengan
tanaman kakao dengan penerapan pola tanam tumpang sari (intercroping).
Tumpang sari dapat meningkatkan produktivitas di lahan kering serta dapat
menjamin keberhasilan tanaman dalam menghadapi iklim, serangan hama dan
penyakit serta terjadinya fluktuasi harga yang mungkin terjadi. Selain itu, dengan
penerapan pola tanam tumpang sari penggunaan tenaga kerja terutama untuk
daerah yang padat tenaga kerja dapat terdistribusi dengan baik untuk pengelolaan
berbagai jenis tanaman. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui: (1) pola tanam dan alasan pemilihan pola tanam tumpang sari pada
usahatani kakao di Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar, (2) pendapatan
usahatani kakao dengan penerapan tumpang sari pada masing-masing pola tanam
di Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar dan perbedaan penerimaan kakao antar
pola tanam, (3) efisiensi biaya dari masing-masing pola tanam tumpang sari yang
dilaksanakan oleh petani kakao di Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar.
Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja atau purposive method,
berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Udanawu merupakan salah satu
Kecamatan sentra perkebunan kakao rakyat yang memiliki rata-rata pertumbuhan produksi kakao tertinggi di Kabupaten Blitar. Metode penelitian menggunakan
metode deskriptif dan analitik. Sampel yang digunakan dipilih menggunakan
metode simple random sampling. Sampel yang digunakan adalah petani kakao di
Kecamatan Udanawu sebanyak 40 orang petani. Data yang dikumpulkan adalah
data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, serta data
sekunder dalam bentuk dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Analisis data
menggunakan metode analisis deskriptif, analisis pendapatan, uji beda one way
anova dan analisis R/C ratio.
Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat empat pola tanam tumpang sari,
yaitu pola tanam (I) tanaman kakao, pisang, dan rambutan, pola tanam (II)
tanaman kakao, pisang, sengon, pola tanam (III) tanaman kakao, pisang, kenanga,
pola tanam (IV) tanaman kakao, pisang, kelapa. Alasan pemilihan pola tanam
tumpang sari oleh petani yaitu (a) sistem turun temurun, (b) keuntungan besar, (c)
meminimalkan resiko, (d) kontinuitas pendapatan, (e) anjuran kelompok tani. (2)
Pendapatan tanaman kakao pada masing-masing penerapan pola tanam tumpang
sari pola satu (I) sebesar Rp. 6.783.234,51/Ha/Thn, pola dua (II) sebesar
Rp.4.808.446,79/Ha/Thn, pola tiga (III) sebesar Rp. 24.696.947,08/Ha/Thn dan
pola empat (IV) sebesar Rp. 1.731.452,02/Ha/Thn. Pendapatan pada masingmasing
penerapan tumpang sari yaitu pola tumpang sari satu (I) sebesar
Rp.63.450.461,63/Ha/Tahun, pola tumpang sari dua (II) sebesar
Rp.8.728.813,93/Ha/Tahun, pola tumpang sari tiga (III) sebesar
Rp.116.448.980,65/Ha/Tahun, dan pola tumpang sari empat (IV) sebesar
Rp.27.468.772,24/Ha/Tahun. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pendapatan dari
keempat pola tanam tumpang sari adalah menguntungkan. Rata-rata penerimaan
tanaman kakao yang berbeda signifikan yaitu penggunaan pola tanam tumpang
sari dua (II) dan pola tanam tumpang sari tiga (III). (3) efisiensi biaya pada
keempat pola tanam tumpang sari yaitu pola (I) sebesar 5,24, pola (II) sebesar
1,78, pola tiga (III) sebesar 8,02, pola empat (IV) sebesar 3,79. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan biaya produksi dari keempat pola adalah efisien | en_US |