dc.description.abstract | Medan magnet adalah salah satu konsep fisika yang diberikan kepada siswa
SMA kelas XII dan salah satu materi yang terdapat dalam soal Ujian Nasional,
sehingga penting bagi siswa untuk memahami konsep-konsep pada materi medan
magnet. Konsep-konsep tersebut harus dipahami baik dari segi fisis maupun
matematis. Namun, siswa seringkali memiliki pemahaman konsep yang berbeda
dengan para ilmuwan atau mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi adalah
pemahaman pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diyakini
oleh para ahli atau ilmuwan. Salah satu instrumen tes diagnostik miskonsepsi
adalah Three Tier Test, yaitu tes pilihan ganda yang terdiri dari tiga tingkatan,
tingkat pertama adalah tes pilihan ganda biasa, tingkat kedua adalah pertanyaan
pilihan ganda yang meminta alasan atas jawaban tingkat pertama, dan tingkat
ketiga adalah tingkat kepercayaan siswa atas jawaban yang diberikan pada tingkat
pertama dan kedua. Instrumen tes diagnostik Three tier test dapat mengungkap
tingkat pemahaman siswa yaitu paham konsep, miskonsepsi, menebak dan tidak
paham konsep. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
miskonsepsi yang dialami siswa SMA Kelas XII pada materi medan magnet dan
menjelaskan persentase siswa SMA Kelas XII yang mengalami miskonsepsi pada
materi medan magnet.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan
pada semester genap tahun ajaran 2017/2018 di tiga SMA Negeri di Kabupaten
Jember yaitu SMAN 4 Jember, SMAN Ambulu, dan SMAN Balung. Subyek
penelitian adalah siswa kelas XII yang telah memperoleh materi medan magnet
dan masing-masing sekolah diambil satu kelas. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah tes, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah soal tes diagnostik miskonsepsi Three Tier Test
tentang materi medan magnet yang terdiri dari 12 butir soal dan pedoman wawancara siswa untuk mengetahui penyebab miskonsepsi siswa. Soal tes yang
digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari soal UN yang sudah tervalidasi dan
buku yang telah tervalidasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu berupa
lembar jawaban siswa setelah mengerjakan soal tes diagnostik miskonsepsi Three
Tier Test tentang materi medan magnet. Data yang sudah diperoleh selanjutnya
dianalisis berdasarkan kategori jawaban Three Tier Test untuk mengklasifikasi
siswa yang paham konsep, miskonsepsi, menebak dan tidak paham konsep.
Selanjutnya dilakukan wawancara dengan siswa yang mengalami miskonsepsi
paling banyak untuk mengetahui penyebab miskonsepsi siswa dan pada masingmasing
sekolah diambil satu siswa.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi pada materi medan magnet. Persentase siswa kelas XII
SMAN di Kabupaten Jember yang mengalami miskonsepsi pada konsep medan
magnet yaitu sebesar 64,46%. Secara keseluruhan persentase siswa yang
mengalami miskonsepsi tiap butir soal pada materi medan magnet adalah sebagai
berikut, pada soal konsep gaya pada partikel bermuatan yang bergerak dalam
sebuah medan magnet persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar
81,63%, medan magnet pada kawat lurus berarus sebesar 54,08%, medan magnet
pada pusat kawat melingkar sebesar 82,65%, medan magnet kawat sejajar berarus
sebesar 44,90%, gaya Lorentz pada muatan yang bergerak sebesar 57,14%, medan
magnet pada kawat melingkar berarus sebesar 46,94%, gaya magnetik sebesar
81,63%, penerapan konsep magnet sebesar 62,24%, medan magnet di ujung
solenoid sebesar 47,96%, gaya Lorentz pada kawat lurus sebesar 60,20%, medan
magnet di pusat solenoid sebesar 68,37%, medan magnet pada toroid sebesar
85,71%. Persentase tertinggi siswa paling banyak mengalami miskonsepsi pada
konsep medan magnet pada toroid yaitu sebesar 85,71%, sedangkan miskonsepsi
terendah pada konsep medan magnet pada kawat sejajar berarus yaitu sebesar
44,90%. Adapun penyebab miskonsepsi siswa yaitu kemampuan siswa serta minat
belajar siswa yang kurang. Penelitian ini memberikan manfaat yaitu guru
mengetahui letak miskonsepsi siswa sehingga guru dapat segera memberikan
penanganan yang tepat dan mengurangi miskonsepsi siswa. | en_US |