Show simple item record

dc.contributor.advisorWALUYO, Joko
dc.contributor.advisorWAHYUNI, Dwi
dc.contributor.authorFIRDAUZI, Ayu Rheina
dc.date.accessioned2018-07-25T14:08:35Z
dc.date.available2018-07-25T14:08:35Z
dc.date.issued2018-07-25
dc.identifier.nim140210103072
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86440
dc.description.abstractAntibiotik merupakan zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik yang umum digunakan oleh masyarakat untuk membantu menurunkan demam adalah golongan Chloramphenikol, Ciprofloxacin, Thiamphenikol. Tetapi apabila obat tersebut digunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan efek samping seperti resistensi bakteri terhadap antibiotik. Salah satu bakteri yang akan mengalami resistensi terhadap obat- obatan tersebut yaitu golongan bakteri gram negative salah satunya adalah Salmonella typhi. Resistensi ini dapat diakibatkan karena kebiasaan buruk masyarakat yang sering mengkonsumsi obat tanpa adanya resep dokter. Oleh karena itu untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh obat kimia mulai dilakukan penelitian obat alami mengenai kandungan yang terdapat di dalam cacing tanah (Pheretima javanica K.). Khasiat yang terdapat di dalam cacing tanah (Pheretima javanica K.) membuktikan adanya senyawa antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen serta menghambat pertumbuhan bakteri gram negative. Cacing tanah (Pheretima javanica K.) juga memiliki senyawa bioaktif antimikroba peptide yang disebut Lumbricin 1 yang mengandung prolin 15 % dari total berat kering dan tersusun dari 26 macam asam amino. Mode of action senyawa Lumbricin 1 dengan cara merusak mekanisme permeabilitas membran. Sehingga bakteri kehilangan metabolit sel, seyawa ini dapat menghambat sintesis protein dan DNA dalam sel. Lumbricin 1 juga dapat mempengaruhi stuktur atau soliditas lipid bilayer yang dapat menyebabkan integritas membrane terganggu. Di dalam cacing tanah (Pheretima javanica K.) juga terdapat kandungan asam arachidonat yang sangat efektif sebagai penurun suhu tubuh pada demam yang disebabkan karena infeksi bakteri. Cacing tanah (Pheretima javanica K.) merupakan obat yang berpotensi untuk menyembuhkan penyakit tifus. Agar cacing tanah dapat diterima oleh pelayanan kesehatan formal sebagai obat tradisional salah satu caranya dengan melalui uji toksisitas. Hal ini dikarenakan uji toksisitas merupakan langkah awal yang digunakan untuk melindungi konsumen dari bahaya suatu obat. Manfaat uji toksisitas yaitu untuk mendapatkan gejala yang mungkin timbul karena obat, mengetahui batas keamanan, dan derajat kematian hewan percobaan akibat obat. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi, Laboraturium Mikrobiologi Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Jember pada bulan Juni-Oktober 2017. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories dengan menggunakan jumlah sampel tikus putih (Rattus norvegicus B.) jenis strain wistar sebanyak 30 ekor yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan dan 1 kontrol dengan 4 varian dosis, diantaranya 0,4, 0,8, 1,6 dan 3,2 gram/Kg BB. Perlakuan berupa pemberian serbuk cacing tanah (Pheretima javanica K.) yang diberikan selama 90 hari. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap faal hati melalui pengukuran kadar SGOT dan SGPT sebelum dan sesudah perlakuan, pengamatan terhadap morfologi hati dan pengamatan terhadap gambaran histopatologi hati. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil untuk kadar SGOT dan SGPT yang telah dianalisis dengan menggunakan paired sampel t-test menunjukkan hasil tidak terdapat pengaruh pemberian serbuk cacing tanah (Pheretima javanica K.) kering terhadap faal hati. Hal ini terlihat melalui hasil yang diperoleh yaitu dengan taraf signifikansinya lebih dari 0,05. Dapat diketahui hasil yang diperoleh untuk kadar SGOT betina sebesar 0,461 dan untuk kadar SGOT jantan sebesar 0,472. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk kadar SGPT betina sebesar 0,396 dan untuk kadar SGPT jantan sebesar 0,771. Hal ini menunjukkan bahwa serbuk cacing tanah (Pheretima javaica K.) kering tidak menimbulkan efek toksik terhadap faal hati. Untuk morfologi hati, terlihat bahwa seluruh morfologi hati tikus putih (Rattus norvegicus B.) jantan maupun betina mulai dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (P1, P2, P3, P4) menunjukkan hasil yang sama baik, apabila dilihat dari warnanya, bentuknya dan struktur permukaannya. Sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hati yang sehat memiliki warna merah kecoklatan dengan struktur permukaan yang kenyal dan bentuknya seperti piramid. Pada pengamatan histopatologi hati tikus putih (Rattus norvegicus B.) tampak pada semua preparat mulai dari kelompok kontrol hingga kelompok perlakuan (P1, P2, P3, P4) terlihat struktur jaringan hati yang diberi serbuk cacing tanah (Pheretima javanica K.) kering dalam keadaan yang normal dan tidak dijumpai adanya gambaran hepatosit yang mengalami degenerasi hidrofik, degenerasi melemak maupun nekrosis. Pada semua kelompok kontrol maupun perlakuan (P1, P2, P3, P4) memperoleh skor 1 yang artinya dari gambaran histologi nampak terlihat adanya vena sentralis, sinusoid dan sel hepatosit yang tersusun secara reguler. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa serbuk cacing tanah (Pheretima javanica K.) kering aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena tidak menimbulkan pengaruh terhadap organ tubuh salah satunya yaitu hati.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectSERBUK CACING TANAHen_US
dc.subjectPHERETIMA JAVANICA Ken_US
dc.subjectFALL HATIen_US
dc.subjectMORFOLOGI HATIen_US
dc.subjectGAMBARAN HISTOPALOGI HATIen_US
dc.titlePengaruh Serbuk Cacing Tanah (Pheretima javanica K.) Kering Terhadap Faal Hati, Morfologi Hati, Serta Gambaran Histopatologi Hati Tikus Putih (Rattus Norvegicus B.)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US
dc.identifier.validatortaufik 7 november 2023


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record