PROFIL KOLABORASI SISWA DISKALKULIA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Abstract
Kegiatan belajar dilakukan sejak kecil hingga dewasa. Kegiatan belajar bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja asalkan memberikan pengetahuan baru yang bisa
dipelajari. Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah saja, namun bisa dilakukan di luar
sekolah seperti belajar dengan keluarga di rumah dan belajar di lingkungan sekitar
dengan masyarakat. Aktivitas belajar setiap individu tidak selalu bisa berjalan dengan
lancar. Kegiatan belajar kadang lancar, kadang tidak. Siswa terkadang cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang teramat sulit. Semangat siswa dalam belajar
kadang tinggi, terkadang juga sulit untuk berkonsentrasi belajar. Hal ini akan menjadi
hambatan siswa dalam kegiatan belajar yang menyebabkan kesulitan belajar siswa.
Kesulitan belajar siswa dapat dilihat secara langsung dengan mengamati tingkah laku
siswa. Ada tiga macam kesulitan belajar siswa yaitu kesulitan membaca (disleksia),
kesulitan menulis (disgrafia), dan kesulitan matematika (diskalkulia). Kesulitan belajar
matematika (diskalkulia) pada siswa memang sulit dipahami oleh orang tua.
Diskalkulia dikenal juga dengan istilah math difficulty karena menyangkut gangguan
pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Pembelajaran yang sesuai dengan siswa
diskalkulia adalah pembelajaran kolaboratif.
Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam satu
kelompok untuk membangun pegetahuan dan mencapai tujuan bersama melalui
interaksi sosial di bawh bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas.
Melalui pembelajaran kolaboratif, siswa akan merasa materi yang diberikannya lebih
jelas bila dibandingkan dengan membaca buku atau mendengarkan penjelasan guru.
Pembelajaran itu membuat siswa belajar bersama dan berbagi beban dengan siswa
sebayanya. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat
ditemui pada metode ceramah yang terfokus pada guru.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan profil kolaborasi siswa
diskalkulia dalam menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi. Penelitian ini dilakukan
pada siswa kelas VII di MTs Negeri Satu Atap. Sekolah ini terletak di perbatasan
jember-Banyuwangi, tepatnya di desa Garahan. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif karena dalam penelitian ini akan menjelaskan atau mendeskripsikan tentang
kolaborasi siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif karena data yang dipaparkan berupa kata-kata yang dirangkai dalam bentuk
kalimat bukan berupa nilai atau angka saja. Subjek penelitian yang diambil adalah
siswa kelas VII yang mengalami kesulitan belajar matematika (diskalkulia). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, tes, dan wawancara.
Pengambilan data dilakukan selama tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilakukan pada tanggal 12 Februari 2018. Pertemuan pertama bertujuan untuk
melakukan observasi awal dalam menentukan subjek penelitian. Pertemuan kedua
dilakukan padaa tanggal 14 Februari 2018. Pertemuan kedua bertujuan untuk meraih
data siswa yang mengalami diskalkulia dengan cara melakukan tes diagnostik kesulitan
belajar matematika. Pertemuan ketiga dilakukan pada taanggal 19 Februari 2018.
Pertemuan ketiga ini bertujuan untuk meraih data kolaborasi siswa diskalkulia dengan
cara memberikan tes berpikir tingkat tinggi yang dikerjakan secara berkelompok.
Setelah dilakukan pengambilan data dapat dikemukakan bahwa terdapat siswa
diskalkulia di MTs Negeri Satu Atap pada siswa kelas VII A. Siswa diskalkulia
memiliki kelemahan dalam hal number sense atau intuisi pada angka. Ada tiga
komponen number sense yaitu aritmetika dasar, pengetahuan angka, dan kemampuan
berhitung. Selain kelemahan pada number sense, siswa diskalkulia juga masih banyak
yang melakukan kesalahan saat menempatkan simbol-simbol matematika. Siswa
diskalkulia juga melakukan kesalahan saat proses pengerjaan soal sehingga siswa
tersebut tidak dapat menyelesaikan tes dengan baik. Terdapat 6 siswa yang mengalami diskalkulia pada kelas VII di MTs Satu Atap. Saat dilakukan tes berpikir tingkat tinggi
untuk meraih data kolaborasi, hanya 5 siswa yang melakukan kolaborasi karena salah
satu siswa diskalkulia tidak hadir. Setelah melakukan kolaborasi, siswa diskalkulia
dapat menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi. Siswa diskalkulia melakukan
kolaborasi dengan baik sesuai dengan indikator kolaborasi siswa. Siswa diskalkulia
juga merasa lebih mudah mengerjakan soal dengan melakukan kolaborasi.