Show simple item record

dc.contributor.advisorWahyuni, Wiwiek Sri
dc.contributor.advisorHasjim, Saifuddin
dc.contributor.authorFahmi, Irfan Khoirul
dc.date.accessioned2018-05-24T03:44:04Z
dc.date.available2018-05-24T03:44:04Z
dc.date.issued2018-05-24
dc.identifier.nimNIM111510501041
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85768
dc.description.abstractPenyakit cucumber mosaic virus merupakan salah satu penyakit berbahaya bagi tembakau karena dapat menyerang pada setiap fase pertumbuhan tembakau, memiliki jumlah tanaman inang yang luas dan sangat mudah menyebar. Penelitian ini dilakukan di dua belas desa yang tersebar di enam kabupaten di Jawa Timur bagian timur, yaitu desa Sumberanyar dan Randu Merak, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo; desa Besuk, kecamatan Tempeh dan desa Karangbendo, kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang; Desa Tutul, kecamatan Ambulu dan desa Karangsono, kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember: Desa Selomukti, kecamatan Mlandingan dan desa Demung, kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo; Desa Patemon dan Mangli Timur, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso; Desa Pakistaji, kecamatan Kabat dan desa Karangbendo, kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Dua belas lokasi pengamatan ditentukan oleh Unit Pelaksana Teknis Testing Dan Sertifikasi Mutu Barang - Lembaga Tembakau (UPTPSMB-LT) Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jember, Jawa Timur. Sampel tembakau diambil secara acak dalam petak sampel yang ditentukan secara diagonal sampling di setiap lahan pengamatan. Pengamatan ini dilakukan dengan interval satu minggu sekali. Pengukuran secara kualitatif terhadap kejadian penyakit pada 47 HST menunjukkan bahwa sembilan dari dua belas lokasi telah menunjukkan serangan CMV. Titik terendah keparahan penyakit (KP) terjadi di Desa Karangsono, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember dengan 23,52% dan titik tertinggi keparahan penyakit (KP) terjadi di Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi dengan angka 85,71%, sedangkan rata-rata kejadian penyakit pada 47 HST adalah 4% - 20%. Kejadian penyakit di setiap lokasi terus meningkat hingga akhir pengamatan. Dalam 54 HST, serangan CMV telah ditemukan di sepuluh lahan pengamatan, sedangkan dua lokasi lainnya ditemukan saat usia tembakau 61 HST. Tingkat kejadian penyakit (IP) tertinggi terjadi di Desa Patemon, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso sebesar 48%, sedangkan kejadian penyakit terendah (IP) terjadi di desa Pakistaji, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi sebesar 3,00%. Tingkat keparahan penyakit (KP) terendah ditemukan di Desa Demung, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo 17,40% dan tingkat keparahan penyakit (KP) tertinggi terjadi di Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi dengan 69,81%. Berdasarkan hasil pengukuran laju infeksi, dapat diketahui bahwa di beberapa lokasi gejala penyakit CMV terus berkembang dan di beberapa lokasi lainnya tidak berkembang. Pada lokasi pengamatan dengan laju infeksi bernilai positif menunjukkan bahwa ada keseimbangan antara tingkat kejadian penyakit dan keparahan penyakit. Sebaliknya, di daerah dengan jumlah tanaman peningkatan kejadian penyakit cukup tinggi namun memiliki nilai keparahan penyakit yang rendah menyebabkan laju infeksi bernilai negatif. Tinggi rendahnya nilai IP, KP dan laju infeksi di pengaruhi oleh varietas tanaman tembakau, teknik budidaya, kondisi lingkungan dan keberadaan vektor serta kepadatan gulma di pertanaman tembakau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola penyebaran penyakit CMV pada suatu areal pertanaman tembakau bersifat mengelompok dan membentuk blok. Pada setiap lahan pengamatan dengan pola penyebaran mengelompok, dalam petak sampel dapat ditemukan 4 sampai 5 tanaman tembakau terserang CMV. Pola penyebaran ini behubungan dengan penularan melalui serangga vektor CMV yang tidak aktif terbang dan hidup bergerombol. Serangan penyakit CMV yang terjadi di dua belas lokasi pengamatan menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit penting pada tanaman tembakau. Infeksi CMV juga terjadi pada lahan yang belum pernah ditanami tembakau pada musim-musim tanam sebelumnya. Oleh karena itu pada beberapa tahun berikutnya tidak disarankan untuk menanam tembakau pada lahan-lahan tersebut karena masih terdapat inokulum CMV di sekitar lahan pengamatan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries111510501041;
dc.subjectPemetaan Penyakiten_US
dc.subjectTembakauen_US
dc.titlePemetaan Penyakit Cucumber Mosaic Virus (Cmv) Pada Tanaman Tembakau Di Dua Belas Desa Di Provinsi Jawa Timur Bagian Timuren_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record