dc.description.abstract | Umumnya, guru dalam menyampaikan pelajaran matematika belum
berdasarkan pengetahuan awal siswa dan pemberian materi berdasarkan pola pikir
deduktif. Dengan pola pikir deduktif, siswa hanya akan d ituntut untuk menerima atau
menghafal konsep yang diberikan guru sedangkan dengan pola pikir induktif, siswa
akan memperoleh pengalaman belajar baru dengan harapan konsep yang mereka
peroleh dapat bertahan lama dimulai dengan contoh-contoh, yaitu hal-hal yang
khusus, selanjutnya pada suatu kesimpulan atau sifat yang umum seperti definisi atau
teorema. Model pembelajaran yang erat kaitannya dengan permasalahan tersebut
adalah model siklus belajar empiris induktif. dengan pendekatan konstruktivisme
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tindakan pembelajaran model
siklus belajar empiris induktif dengan pendekatan konstruktivisme sub pokok
bahasan segiempat, mengkaji aktivitas siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII B MTsN Jember III Tanggul tahun
ajaran 2009/2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah : (1) observasi;
(2) wawancara; (3) tes; dan (4) dokumentasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK) yang menggunakan dua siklus . Analisa data yang digunakan
terdiri dari : (1) analisa deskriptif kualitatif berupa data hasil observasi aktivitas siswa
dan guru; (2) analisa deskriptif kuantitatif berupa data skor dari LKS, tes akhir dan
data numerik dari observasi aktivitas si swa.
ix
Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut.
a. Pada fase eksplorasi, siswa terlihat bersemangat dalam melaksanakan
pembelajaran model siklus belajar empiris induktif dengan pendekatan
konstruktivisme. Hal ini dapat dilihat dari terlaksananya tugas yang d iberikan guru
khususnya dalam menemukan konsep segiempat. Miskonsepsi terjadi pada fase
pengenalan konsep, misalnya L persegi = s x s x s x s. Pada fase aplikasi konsep,
beberapa siswa kurang mampu dan kurang teliti dalam memahami soal aplikasi
konsep, misalnya mereka sulit untuk menuliskan kembali dalam rumus bahwa
panjang kebun dua kali lebarnya , namun setelah guru memberikan bimbingan
siswa dapat meneruskan kembali langkah -langkah berikutnya.
b. Pada siklus 1, aktivitas siswa dalam melakukan eksperimen sebesar 87,5%,
aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS sebesar 99,6%, aktivitas siswa dalam
diskusi kelompok sebesar 75%, penyampaian hasil diskusi sebesar 66,7%,
perhatian terhadap pelajaran sebesar 100%, kerjasama dalam kelompok sebesar
78,3% dan interaksi siswa dengan guru sebesar 71,9%. Pada siklus 2, aktivitas
siswa dalam melakukan eksperimen sebesar 100%, aktivitas siswa dalam
mengerjakan LKS sebesar 100%, aktivitas siswa dalam diskusi kelompok sebesar
85,4%, penyampaian hasil diskusi sebesar 75%, perha tian terhadap pelajaran
sebesar 100%, kerjasama dalam kelompok sebesar 96,7% dan interaksi siswa
dengan guru sebesar 76,4%.
c. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke
siklus 2. Pada siklus 1 ketuntasan hasil belajar si swa mencapai 65% sedangkan
pada siklus 2 persentase ketuntasan hasil belajar siswa mecapai 87,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme model
siklus belajar empiris induktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. | en_US |