dc.description.abstract | Tomat (Lycopersicum esculentum) menurut Respati dkk., (2014) 90.46% di Indonesia dimanfaatkan untuk bahan pangan. Hal ini didukung oleh Kartika dkk., (2013) bahwa buah tomat banyak dimanfaatkan untuk dikonsumsi segar dan olahan agroindustri sebagai bahan makanan. Menurut Marliah dkk., (2012) buah tomat juga dapat dijadikan bahan kosmetik dan obat-obatan sebagai upaya peningkatan nilai tambah dan daya guna dari buah tomat. Namun buah tomat sebagai buah klimaterik bersifat mudah busuk sehingga memiliki daya simpan yang rendah (Pantastico, 1997). Permasalahan ini sangat merugikan pedagang, pelaku agroindustri dan konsumen tomat yang memanfaatkannya sebagai bahan konsumsi. Selain itu, peningkatan produktivitas juga perlu dilakukan karena pada tahun 2015-106 berdasarkan data BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2016) produktivitasnya mengalami penurunan yaitu 16,09 ton/ha (2015) dan 15,31 ton/ha (2016). Menurut Wasonowati (2010) bahwa upaya peningkatan produktivitas dan kualitas memunculkan beragam inovasi teknologi budidaya yang salah satunya adalah pemupukan. Penggunaan pupuk organik cair yang diaplikasikan pada daun mampu menyediakan kebutuhan hara makro dan mikro pada tanaman lebih cepat karena langsung masuk ke sel daun secara difusi sehingga meningkatkan pertumbuhan, produksi dan kualitas tanaman tomat. Penambahan unsur silika juga mampu mengatasi permasalahan tomat yang mudah busuk setelah dipanen. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi perlakuan dianggap mampu meningkatkan laju pertumbuhan dan kualitas tanaman tomat. Kombinasi perlakuan terbaik adalah pada konsentrasi pupuk organik cair 4.5 ml/l dan konsentrasi unsur silika 200 ppm. | en_US |