dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara karakteristik petugas, ketersediaan logistik dan kegiatan pengendalian ISPA dengan cakupan penemuan pneumonia pada balita di Kabupaten Banyuwangi. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 31 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan Simple Random Sampling. Pengambilan data dengan wawancara menggunakan kuesioner dan mengobservasi untuk mendapatkan informasi mengenai variabel yang diteliti. Variabel bebas terdiri dari karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja) dan pengetahuan petugas, ketersediaan logistik (ketersediaan alat diagnostik, pedoman, media KIE serta media pencatatan dan pelaporan) dan kegiatan pengendalian ISPA (advokasi dan sosialisasi, penemuan dan tata laksana pneumonia, supervisi, pencatatan dan pelaporan, kemitraan dan jejaring, peningkatan kapasitas SDM serta monitoring dan evaluasi). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah cakupan penemuan pneumonia pada balita. Analisi data menggunakan analisis univariabel dan analisis bivariabel menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik petugas meliputi usia (p = 0,29; OR = 9,3) dan lama kerja (p = 0,005; OR = 30,7) serta kegiatan pengendalian ISPA berupa peningkatan kapasitas SDM (p = 0,028; OR = 17,3) dengan cakupan penemuan pneumonia pada balita. Variabel tersebut dinyatakan signifikan karena nilai p-value < 0,05. Tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik petugas meliputi jenis kelamin (p = 0,201; OR = 5,1), pendidikan (p = 0,062; OR = 0,1), serta pengetahuan (p = 0,083; OR = 8,4); ketersediaan logistik meliputi alat diagnostik (p = 0,083; OR = 8,4) buku pedoman (p = 0,384; OR = 2,7), media KIE (p = 1,000; OR = 1,5), media pencatatan dan pelaporan (p = 0,642; OR = 2,5) dan kegiatan pengendalian ISPA meliputi advokasi (p = 0,667; OR = 2,1) dan sosialisasi (p = 1,000; OR = 1,2), penemuan dan tata laksana pneumonia (p = 0,053; OR = 6,7), supervisi (p = 0,562; OR = -), pencatatan dan pelaporan (p = 0,550; OR = 0,5), kemitraan dan jejaring (p = 0,083; OR = 8,4) serta monitoring (p = 1,000; OR = 1) dan evaluasi (p = 1,000; OR = 1,6) dengan cakupan penemuan pneumonia pada balita. Variabel tersebut dinyatakan tidak signifikan karena nilai p-value > 0,05. Nilai OR pada variabel supervisi tidak dapat diinterpretasikan karena terdapat satu sel yang bernilai nol.
Dinas Kesehatan Kabupaten banyuwangi diharapkan dapat melaksanakan pelatihan secara berkala setiap tahun kepada pemegang program P2 ISPA mengenai manajemen pengendalian ISPA, tatalaksana pneumonia pada balita serta promosi pengendalian pneumonia pada balita untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang telah tersedia di Puskesmas. Pelatihan secara berkala dapat membantu pemegang program ISPA baru untuk memiliki kesempatan mengikuti pelatihan segera untuk meningkatkan kinerjanya dalam manajemen serta penanganan kasus pneumonia pada balita. | en_US |