BEBAN KERJA MENTAL DAN KESIAPAN PENSIUN DENGAN TINGKAT DEPRESI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI UNIVERSITAS JEMBER
Abstract
Individu yang bekerja akan berada pada sebuah masa atau keadaan dimana individu harus berhenti untuk bekerja. Pensiun pasti dialami oleh setiap individu yang bekerja baik pria maupun wanita. Masa pensiun selalu mengganggu pikiran, rata-rata PNS mengabdi dari usia muda sampai tua. Masa pensiun dianggap sebagai proses yang negatif karena berkurangnya pendapatan, hilangnya identitas pekerja, status sosial, perubahan jadwal harian dan aktivitas. Menjalankan tuntutan tugas merupakan salah satu bagian dari beban kerja mental. Beban mental memiliki korelasi yang cukup tinggi terhadap kesalahan yang dilakukan. Beban kerja mental memiliki korelasi dengan kinerja yang dapat menimbulkan kebosanan dan gangguan dalam melakukan pekerjaan yang dapat berujung depresi pada pekerja. Gejala khusus dalam kejenuhan kerja akibat dari depresi antara lain kebosanan, pesimis, kurang konsentrasi, kualitas kerja buruk, ketidakpuasan, keabsenan, dan timbulnya penyakit dalam diri pekerja yang dapat berujung depresi, pekerja yang tidak mempersiapkan masa pensiun dengan baik rentan terhadap depresi karena menganggap berbagai perubahan yang dialami adalah stresor yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil tersebut peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja mental dan kesiapan pensiun pegawai negeri sipil.
Penelitian ini merupakan penelitian obervasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Jember. Populasi ini adalah pegawai negeri sipil yang akan pensiun sebanyak 64 pegawai. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Variabel bebas terdiri dari karakteristik responden (jenis kelamin, tingkat pendidikan, jabatan, golongan, dan penghasilan), kesiapan pensiun (jumlah
tanggungan keluarga, dukungan keluarga dan lama waktu tunggu) serta beban kerja mental. Peneliti menggunakan uji statistik spearman dengan α= 0,05 untuk melihat adanya hubungan antara beban kerja mental dan kesiapan pensiun dengan tingkat depresi pegawai negeri sipil.
Hasil penelitian sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki menunjukkan bahwa tidak hubungan yang signifikan dengan tingkat depresi (ρ value = 0,616), berarti jenis kelamin laki-laki dan perempuan tingkat depresi yang dialami sama. Golongan secara signifikan memiliki hubungan dengan tingkat depresi (ρ value = 0,023), berarti semakin tinggi golongan pegawai maka tingkat depresi semakin tinggi. Penghasilan signifikan dengan tingkat depresi (ρ value = 0,037) yang berarti semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi depresi yang dialami. Sedangkan untuk tingkat pendidikan (ρ value =0,388) dan jabatan (ρ value = 0,138) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat depresi yang berarti bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang dan tinggi rendahnya jabatan maka tingkat depresi yang dialami sama. Hasil penelitian tingkat depresi dengan jumlah tanggungan keluarga, dukungan keluarga (ρ value = 0,001), dan lama waktu tunggu pensiun (ρ value = 0,022) memiliki hubungan yang masing-masing signifikan dengan tingkat depresi, yang berarti semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga yang ditanggung semakin berat tingkat depresi seseorang, semakin baik dukungan keluarga yang diberikan tingkat depresi semakin ringan, dan waktu tunggu lama pensiun berarti semakin lama pegawai menunggu waktu pensiun semakin ringan tingkat depresi tersebut. Beban kerja mental dengan tingkat depresi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (ρ value = 0,007) berarti semakin berat beban kerja pegawai maka semakin berat tingkat depresi tersebut.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]