dc.description.abstract | Kedelai adalah salah satu tanaman pangan pokok yang penting bagi Indonesia setelah beras dan jagung. Produksi kedelai pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,18 kuintal/hektar (1,16%) dibandingkan pada tahun 2014. Namun, produksi kedelai dalam negeri hanya mampu memenuhi 20-30% kebutuhan kedelai domestik. Agroforestry merupakan sistem tanam yang mengkombinasikan kegiatan kehutanan dengan pertanian pada pengelolaan lahan yang sama. Penanaman kedelai secara agroforestry memiliki kendala yaitu intensitas cahaya rendah. Maka dari itu, diperlukan varietas kedelai yang memiliki daya toleran yang cukup tinggi jika ditanam secara agroforestry dengan intensitas cahaya rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan karakter fisiologis serta produksi beberapa varietas tanaman kedelai yang dibudidayakan dibawah naungan dengan intensitas cahaya yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) split plot yang terdiri dari 2 faktor yaitu tingkat naungan dan varietas kedelai. Jika terdapat perlakuan yang berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara tingkat naungan dengan varietas kedelai terhadap kandungan sukrosa dan total protein terlarut daun kedelai. Naungan menyebabkan etiolasi (tanaman lebih tinggi dan daun lebih lebar) serta meningkatkan kandungan sukrosa daun dan klorofil a, b dan total. Naungan menyebabkan penurunan kandungan total protein terlarut daun, berat segar dan kering (akar, tajuk dan total), jumlah polong, jumlah biji, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji per tanaman dan mempercepat waktu berbunga. Varietas Argomulyo memiliki nilai indeks toleransi cekaman cahaya (ITC) yang paling tinggi pada intensitas cahaya 70% maupun 39% dengan nilai masing-masing yaitu 1,18 dan 0,98 dan termasuk golongan agak toleran. | en_US |