dc.description.abstract | Produktivitas kakao Indonesia peringkat nomor tiga tertinggi di dunia,
setelah Pantai Gading dan Ghana. Kualitas kakao Indonesia akan sama dengan
kakao dari Negara lain, apabila dilakukan budidaya pengolahan panen dan pasca
panen yang tepat. Pengolahan pasca panen yang tepat menurut GAP (Good
Agriculture Practice) kakao merupakan salah satu upaya peningkatan pendapatan
dan perbaikan kualitas kakao Indonesia. Penanganan pasca panen yang perlu
dilakukan salah satunya adalah pengolahan kakao fermentasi. Fermentasi biji
kakao membuat kakao mendapatkan harga jual yang lebih tinggi, karena dengan
fermentasi cita rasa coklat dari kakao akan semakin kuat dan lezat. Kabupaten
Blitar merupakan salah satu penghasil kakao tertinggi nomor tiga di Jawa Timur
dan terdapat sebuah Gapoktan bernama Guyub Santoso yang membantu petani
dalam budidaya dan pemasaran biji kakao. Selain membantu petani dalam
budidaya dan pemasaran, Gapoktan Guyub Santoso menjadi mediator antara
petani dan Dinas Perkebunan Kabupaten Blitar. Saat ini Gapoktan Guyub Santoso
sukses membantu petani dalam pengembangan kakao dan mendirikan tempat
wisata edukasi bernama Kampung Coklat yang berorientasi pada pelatihan
budidaya kakao, pengolahan cokelat, pemasaran biji kakao dan produk olahannya.
Peneliti ingin mengetahui apakah dengan adanya Industri Hilir Kampung Coklat
dapat meningkatkan kualitas kakao petani. Apabila dengan adanya Industri Hilir
Kampung Coklat dapat meningkatkan kualitas kakao petani, Dinas Perkebunan
terutama daerah penghasil kakao tertinggi dapat mendirikan Industri seperti
Kampung Coklat di daerahnya.
Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) untuk mengetahui peran Industri Hilir
Kampung Coklat terhadap petani kakao yang teridentifikasi melalui penerapan
Good Agriculture Practice (GAP) kakao, (2) mengetahui nilai tambah Industri
Hilir Kampung Coklat dari segi sosial dan ekonomi bagi petani kakao, serta (3)
mengetahui peran lembaga Industri Hilir Kampung Coklat dalam peningkatan
kualitas kakao petani di Kabupaten Blitar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peran Industri Hilir Kampung
Coklat terhadap penerapan Good Agriculture Practice (GAP) kakao petani di
Kabupaten Blitar pada kategori sedang. Peran utama yang diberikan meliputi
sortasi buah, sortasi biji, dan penyimpanan biji, (2) Industri Hilir Kampung Coklat
memberikan nilai tambah sosial dengan kategori sedang, melalui transaksi
penjualan dan kepastian pembelian biji kakao. Nilai tambah ekonomi pada petani
yang mengolah biji kakao fermentasi ditunjukkan dengan nilai sebesar Rp
2.407,76/Kg biji kakao dengan rasio nilai tambah sebesar 32,31% per kilogram
bahan baku. Nilai tambah tersebut merupakan keuntungan bagi petani kakao yang
melakukan olahan kakao fermentasi serta imbalan tenaga kerja dari setiap
kilogram bahan baku yang diproses, (3) Peran kelembagaan Industri Hilir
Kampung Coklat untuk peningkatan kualitas kakao petani di Kabupaten Blitar
dikategorikan rendah. Peran utama lembaga Industri Hilir Kampung Coklat adalah
pada subsistem pemasaran biji kakao. | en_US |