dc.description.abstract | Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu jenis tanaman
yang berumur pendek atau tanaman semusim dan merupakan salah satu jenis
tanaman hortikultura yang banyak di budidayakan secara komersil. Produksi
tanaman cabai rawit dipengarui oleh beberapa faktor diantaranya kerontokan
bunga, serangan OPT dan kondisi lahan seperti kelembaban tanah dan udara,
status air tanah dan fotoperiode serta nutrisi tanaman.
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman
cabai rawit yaitu kerontokan bunga. Kerontokan bunga dan buah pada tanaman
cabai rawit yaitu mencapai 47.7%. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kerontokan bunga dan buah tersebut yaitu dengan pemberian pupuk
kalium, karena pupuk kalium dapat memperkuat tubuh tanaman agar bunga dan
buah tidak rontok. Salah satu media yang digunakan yaitu kompos, karena
kompos akan mengalami proses dekomposisi dan perombakan sehingga akan
menghasilkan humus, dimana humus ini memiliki daya memegang air (water
holding capacity) yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan penyerapan nutrisi
dan air.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember pada bulan mei sampai oktober 2016.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 4 x 4
yang terdiri dari dua faktor yaitu penggunaan pupuk kalium dan kompos. Faktor
penggunaan pupuk kalium terdiri dari 4 taraf dan faktor penggunaan pupuk
kompos terdiri dari 4 taraf sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan 2
ulangan.
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kalium berpengaruh
sangat nyata terhadap jumlah bunga rontok, jumlah bunga jadi, jumlah buah, berat
buah, jumlah cabang, panjang buah dan diameter buah. Perlakuan terbaik adalah
perlakuan K2 dengan dosis pupuk kalium sebanyak 2.70 gram/tanaman. Untuk
aplikasi kompos berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga, jumlah bunga rontok,
jumlah bunga jadi, jumlah buah, berat buah, jumlah cabang, panjang buah dan
diameter buah. Perlakuan terbaik adalah perlakuan B3 dengan dosis kompos
sebanyak 15%. Pada penentuan kualitas buah, kombinasi perlakuan terbaik terjadi
pada perlakuan K3B3. | en_US |