dc.description.abstract | Saat ini target pembelajaran ilmiah di Indonesia adalah untuk
mempersiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi (sikap, pengetahuan, dan
keterampilan) yang memadai untuk eksis pada abad ke-21 yang memiliki salah satu
ciri Pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis (pengambilan
keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin). Kemampuan berpikir analitis terdapat
dalam pembelajaran K13 yakni proses mengasosiasi. Siswa menganalisis dan
membuat kategori dari unsur-unsur yang dipelajarinya. Kemampuan berpikir
analitis adalah kemampuan untuk memisahkan materi ke dalam bagianbagiannya
yang perlu, mencari hubungan antara bagian-bagiannya dan
mengamati sistem bagian-bagiannya, mampu melihat komponen-komponennya.
Pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori ditandai dengan
penyampaian materi dari guru secara langsung, pembagian tugas dan latihan.
Dengan penggunaan model pembelajaran ekspositori dalam suatu proses beajar
mengajar di kelas membuat siswa selalu bergantung pada penjelasan guru sehingga
guru harus kreatif membuat pembelajaran tetap aktif.
Berbagai model pembelajaran diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia
pada kurikulum 2013 dalam pembelajaran matematika disekolah, salah satunya
adalah model Problem Based Learning (PBL). Model Problem based learning atau
yang disebut model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik
awal dalam mengintegrasi pengetahuan baru. karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah pengajuan masalah, berfokus pada keterkaitan antardisiplin,
penyelidikan autentik, menghasilkan produk dan memamerkanya, dan Kolaborasi.
Hingga saat ini pembelajaran di Sekolah-sekolah masih mengintegrasikan
model pembelajaran ekspositori pada kurikulum 2013. Proses belajar mengajar
pada model pembelajaran ekspositori berfokus pada guru sedangkan pada proses
belajar mengajar siswa pada model pembelajaran berbasis masalah adalah berfokus
pada siswa, sehingga dilakukan penelitian perbandingan kemampuan berpikir
analitis antara siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model
pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan limit fungsi aljabar di kelas X-MIPA
semester genap SMAN 4 jember tahun ajaran 2015/2016. Penelitian tersebut
diaplikasikan dalam suatu ekperimen proses belajar mengajar di suatu kelas. Hasil
dari penelitian ini nantinya dibandingkan dan dianalisis untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berpikir analitis siswa kelas
X-MIPA SMA Negeri 4 Jember yang menerima pembelajaran matematika pokok
bahasan limit fungsi aljabar menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
antara kemampuan berpikir analitis siswa yang menerima pembelajaran
menggunakan model pembelajaran ekspositori. Serta untuk mengetahui apakah
kemampuan berpikir analitis siswa kelas X-MIPA SMA Negeri 4 Jember yang
menerima pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) lebih
baik dari kemampuan berpikir analitis siswa yang menerima pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Ekspository.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi,
angket, dan tes kemampuan berpikir analitis. Metode dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X-MIPA SMA Negeri 4 Jember yang terdiri dari 6 kelas yaitu X-MIPA 1, X-MIPA
2, X-MIPA 3, X-MIPA 4,X-MIPA 5, dan X-MIPA 6. Untuk pengambilan sampel
dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan analisis varian (Oneway ANOVA)
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa dengan menggunakan hasil Ulangan Tengah Semester mata pelajaran matematika, maka
diambil 2 kelas sebagai sampel atau objek penelitian dengan teknik cluster random
sampling. Berdasarkan hasil tersebut didapat kelas X-MIPA 1 sebagai kelas
eksperimen yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
masalah dan X-MIPA 2 sebagai kelas kontrol yang diberi pembelajaran dengan
model pembelajaran ekspositori.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini Uji t (independent
sample t-test) untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan
kemampuan berpikir analitis siswa serta berdasakan indikator kemampuan berpikir
analitis untuk melihat kemampuan berpikir analitis yang lebih baik anatara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil analisis pada kriteria pengambilan keputusan bahwa dari uji hipotesis
nilai thitung sebesar 3.915 dengan df sebesar 70 dan nilai probabilitas sebesar
0.000, maka H0 ditolak dengan thitung yang diperoleh sebesar 3.915. Hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa perbedaan dalam kemampuan berpikir
analitis siswa kelas X-MIPA SMAN 4 Jember yang menerima pembelajaran
matematika menggunakan Model Problem Based Learning dengan kelas yang
menerima pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori pada tahun ajaran
2015/2016. Mengacu pada perbedaan kemampuan berpikir analitis berarti,
kemampuan berpikir analitis siswa kelas X-MIPA SMA Negeri 4 Jember yang
menerima pembelajaran menggunakan model model Problem Based Learning
(PBL) lebih baik dari kemampuan berpikir analitis siswa yang menerima
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Ekspositoryterhadap kelas XMIPA SMA Negeri 4 Jember yang
menerima pembelajaran menggunakan model model Problem Based Learning
(PBL) lebih baik dari kemampuan berpikir analitis siswa yang menerima
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Ekspositoryterhadap kelas XMIPA
SMAN 4 Jember sub pokok limit fungsi aljabar tahun ajaran 2015/2016 | en_US |