Survei Pengetahuan Dan Pengalaman Swamedikasi Menggunakan Jamu Pada Masyarakat Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Tahun 2016
Abstract
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dapat dilakukan
melalui peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Upaya
kesehatan kuratif yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah pengobatan
sendiri yang dikenal dengan istilah swamedikasi. Pengobatan sendiri tak lepas
dari penggunaan obat tradisional. Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik, penggunaan obat tradisional di Indonesia mengalami kenaikan
yang signifikan pada tahun 2013 sebesar 3,98% hingga tahun 2014 menjadi
sebesar 4,06% dan penggunaan obat tradisional yang paling banyak diminati oleh
masyarakat adalah jamu (Badan Pusat Statistik, 2015).
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan metode survei.
Subjek penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience sampling. Kriteria
inklusi pada penelitian meliputi seseorang yang bersedia menjadi responden
(menandatangani lembar persetujuan mengikuti penelitian), responden merupakan
masyarakat Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember yang berusia lebih dari sama
dengan 15 tahun dapat membaca dan menulis serta berdomisili di Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember. Kriteria eksklusi meliputi responden yang merupakan masyarakat yang berlatar belakang pendidikan kesehatan dan responden yang
mengisi data tidak lengkap.
Data pengalaman swamedikasi menggunakan jamu dibuat dalam bentuk
persentase, sedangkan data pengetahuan swamedikasi menggunakan jamu dibuat
dalam bentuk analisis. Untuk faktor usia dari responden terhadap pengetahuan
swamedikasi menggunakan jamu, peneliti menggunakan analisis regresi linier
sederhana. Sedangkan jenis kelamin dan kebiasaan keluarga responden terhadap
pengetahuan dan pengalaman swamedikasi menggunakan jamu dianalisis
menggunakan chi-square. Faktor lain seperti pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan per bulan responden terhadap pengetahuan dan pengalaman
swamedikasi menggunakan jamu dianalisis menggunakan one-way ANOVA.
Hasil penelitian ini menunjukkan persentase swamedikasi menggunakan
jamu di masyarakat Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember dalam dua minggu
terakhir sebesar 91% dengan alasan swamedikasi paling banyak adalah cepat dan
praktis (34,1%). Tiga keluhan/penyakit yang paling sering dijadikan alasan untuk
melakukan swamedikasi menggunakan jamu dalam dua minggu terakhir berturutturut
adalah menjaga kesehatan (54,9%), sakit kepala (39,6%), dan nyeri haid
(20,9%). Tiga pilihan jamu yang paling banyak diminum oleh responden dalam
dua minggu terakhir adalah jamu kunir asam (24,2%), jamu pahitan (23,1%), dan
sinom (18,7%) dengan sumber perolehan jamu tertinggi yang digunakan dalam
swamedikasi adalah depot jamu (37,4%)dan mini market/swalayan (37,4%)serta
sumber informasi tentang jamu tertinggi berasal dari teman/keluarga (60,4%).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara usia
responden terhadap pengetahuan swamedikasi menggunakan jamu (p=0,493,
r=0,069). Faktor lain seperti jenis kelamin (p=0,720) dan kebiasaan keluarga
mengonsumsi jamu (p=0, 195) menunjukkan tidak ada perbedaan pengetahuan
swamedikasi menggunakkan jamu antar kelompok tersebut. Pengetahuan
swamedikasi dengan jamu antar kelompok pendidikan terakhir (p<0,001),
pekerjaan (p<0,001), dan pendapatan per bulan (p<0,001)menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]