dc.description.abstract | Setiap individu yang menjalani kehidupan rumah tangga tentunya
mengharapkan rumah tangga yang bahagia, namun tidak semua kehidupan
keluarga berjalan seperti yang diharapkan, dalam masyarakat ditemui juga rumah
tangga yang diwarnai dengan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan oleh
anggota keluarga. Salah satu contoh dari peristiwa yang tidak diharapkan ini
adalah perceraian. Menurut data Kementerian Agama tahun 2013, angka
perceraian di Indonesia tahun 2012 dan 2013 apabila dirata-rata mencapai 350.000
kasus. Sehari rata-rata terjadi 959 kasus perceraian, atau 40 kasus perceraian
setiap jamnya. Peristiwa perceraian dalam keluarga akan memberikan dampak
positif maupun dampak negatif, baik kepada pasangan yang bercerai maupun
kepada anak. Terutama remaja madya, remaja madya berada dalam tahap ingin
mencari identitas diri. Pencarian identitas diri remaja sebagai upaya meneguhkan
konsep diri. Konsep diri remaja tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan
mentalnya, seperti yang dijelaskan oleh Schneiders (dalam Semium, 2006)
kesehatan mental sangat tergantung pada konsep diri. Pada remaja dengan konsep
diri positif akan berdampak baik terhadap kesehatan mental, sebaliknya konsep
diri negatif juga akan berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dampak perceraian
orangtua terhadap konsep diri dan kesehatan mental remaja madya di Kabupaten
Jember. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2016 di
Kabupaten Jember. Penentuan Informan penelitian ini dilakukan melalui teknik
snowball sampling dengan jumlah informan sebanyak 3 informan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan
triangulasi sumber. Instrumen pengumpulan data berupa guide interview dan
lembar observasi dibantu alat pereakam dan alat tulis. Penelitian ini diharapkan
menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan juga Kantor
Pengadilan Agama terkait dampak perceraian terhadap remaja khususnya terhadap
kesehatan mental remaja di Kabupaten Jember.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja madya korban perceraian
memiliki konsep diri yang berbeda-beda. Identitas diri, ketiga informan memiliki
identitas diri yang jelas, mereka mempunyai tujuan yang bernilai dan dapat
direalisasikan. Dua dari informan memiliki rasa optimis yang baik dalam dirinya,
satu lainnya masih mengganggap hasil yang mereka dapat adalah suatu
keberuntungan. Ideal diri, ketiga informan memiliki rasa optimis yang baik dalam
dirinya. Informan yang menjadi korban perceraian orangtua memiliki perasaan
tertekan dan stres ketika orangtua mereka memutuskan berpisah. Akan tetapi ada
juga informan yang menganggap perceraian merupakan jalan terbaik. Informan
memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi stres yang mereka rasakan,
ada yang bermain bersama teman, ada juga yang pergi mengaji ke pondok.
Kemampuan beradaptasi terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sudah
baik dari ketiga informan. Perasaan nyaman sudah dapat dirasakan oleh informan.
Perceraian yang terjadi antara kedua orangtuanya dimaknai sebagai pelajaran
dalam hidup mereka. | en_US |