dc.description.abstract | National Council of Teacher Mathematics merekomendasikan lima kompetensi
utama yang harus dimiliki siswa ketika belajar matematika. Kelimanya adalah
pemecahan masalah (problem solving), komunikasi (communication), koneksi
(connections), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), serta representasi
(representation). Kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan matematika dan
merepresentasikan gagasan atau ide matematis merupakan salah satu hal yang harus
dilalui oleh setiap orang yang sedang belajar matematika. Salah satu metode yang dapat
mendorong representasi matematis siswa adalah melalui soal Open-ended. Open-ended
sebagai jenis masalah yang mempunyai banyak selesaian dan banyak cara
penyelesaiannya. Dalam proses pemecahan masalah matematika, siswa memiliki
kebiasaan unik dalam menjawab soal. Ada beberapa siswa yang cenderung menjawab
soal dengan tergesa-gesa tanpa memeriksa kembali apakah jawabannya sudah benar,
juga ada beberapa yang cenderung menjawab soal dengan hati-hati dan teliti. Sifat di
atas menunjukkan bahwa siswa memiliki gaya belajar kognitif yang bersifat reflektifimpulsif.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan kemampuan representasi matematis siswa gaya kognitif reflektifimpulsif
dalam menyelesaikan masalah open-ended. Subjek penelitian sebanyak 4
siswa diantaranya 2 siswa reflektif dan 2 siswa impulsif kelas VII SMP Salafiyah
Syafi’iyah Ajung Jember yang telah dipilih berdasarkan tes kognitif menggunakan
instrumen MFFT. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes open-ended
dan wawancara. Data yang dianalisis adalah data hasil tes open-ended dan wawancara. Instrumen soal tes open-ended memiliki koefisien kevalidan yaitu 2,70,
sehingga soal tes open-ended tersebut memenuhi kriteria valid dan dapat digunakan
untuk penelitian. Instumen pedoman wawancara memiliki koefisien kevalidan yaitu
2,71, sehingga pedoman wawancara juga memenuhi kriteria valid. Berdasarkan tes
MFFT pada kelas VII di SMP Salafiyah Syafi’iyah dapat dihasilkan tiga kelompok
gaya kognitif yaitu 2 siswa kelompok reflektif, 5 siswa impulsif, 5 siswa slow
inaccurate. Subjek penelitian yang diambil adalah kelompok reflektif dan impulsif saja
karena dalam penelitian ini peneliti hanya terfokus pada siswa dari kelompok reflektif
dan impulsif. Selanjutnya dilakukan wawancara dari kelompok reflektif dan impulsif
tersebut. Subyek penelitian adalah 2 siswa reflektif dan 2 siswa impulsif.
Berdasarkan hasil tes open-ended diperoleh data sebagai berikut dari subjek
siswa reflektif mampu menggambarkan objek visual dengan benar dan tepat,
sedangkan siswa impulsif tidak mampu menggambar objek visual dengan tepat. Siswa
impulsif dapat menggambar bangun segitiga tetapi tidak siku-siku. Siswa reflektif
mampu membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang
diberikan dan mampu menyelesaikan masalah yang melibatkan ekspresi matematis,
sedangkan Siswa impulsif tidak mampu menyelesaikan permasalahan dengan
melibatkan persamaan atau ekspresi matematis, siswa impulsif tidak mampu
menuliskan langkah-langkah penyelesaian sesuai dengan prosedur dalam matematika.
Siswa reflektif mampu menjelaskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematis
dengan kata-kata, sedangkan siswa impulsif tidak mampu merepresentasikan
permasalahan open-ended dalam bentuk kata-kata.
Hasil ini menunjukkan bahwa siswa refekltif cenderung merepresentasikan
lebih baik dari pada siswa impulsif. Khususnya dalam menyelesaikan masalah openended.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Philip bahwa anak impulsif adalah
anak yang dengan cepat merespon suatu situasi, namun respon pertama yang diberikan
sering salah. Anak reflektif mempertimbangkan banyak alternatif sebelum merespon
sehingga tinggi kemungkinan bahwa respon yang diberikan adalah benar. | en_US |