Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwoatmoko, Sunardi
dc.contributor.authorARIADI, KRISNA
dc.date.accessioned2017-11-06T12:50:37Z
dc.date.available2017-11-06T12:50:37Z
dc.date.issued2017-11-06
dc.identifier.nim960910101041
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/83097
dc.description.abstractDilihat dari sudut pandang ekonomi, kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam pelaksanaan program Marshall Plan merupakan kebijakan yang dibuat dengan memperhitungkan perubahan pasar akibat terjadinya perubahan pada sistem moneter internasional terutama perubahan yang terjadi di wilayah Eropa. Hancurnya sistem moneter internasional pada periode antara dua Perang Dunia berakibat pada hancurnya mekanisme pasar bebas dan menurunnya volume perdagangan internasional. Penurunan volume perdagangan internasional di Eropa Barat menyebabkan penurunan volume ekspor Amerika Serikat ke kawasan itu. Amerika Serikat terancam kehilangan pasarnya di Eropa Barat. Untuk menyelamatkan pasarnya di Eropa Barat, Amerika Serikat memperbaiki sistem moneter internasional dengan membentuk sistem Bretton Woods bersama Inggris dan Amerika Serikat juga memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara Eropa Barat. Kedua tindakan Amerika Serikat tersebut mengakibatkan perekonomian Eropa Barat dapat dipulihkan dengan cepat dan pertumbuhan ekonomi Eropa Barat mengalami peningkatan. Pulihnya kembali perekonomian Eropa Barat meningkatkan volume perdagangan antara Amerika Serikat dengan negara-negara Eropa Barat sehingga pasar Amerika Serikat di Eropa Barat dapat diselamatkan. Dilihat dari sudut pandang politik, kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam pelaksanaan program Marshall Plan merupakan kebijakan yang dibuat dengan memperhitungkan perubahan pada sistem politik internasional pasca Perang Dunia II yaitu munculnya Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan dominan di Eropa. Kekuatan Uni Soviet berpotensi untuk menjadi ancaman bagi Eropa Barat melalui penguasaan Uni Soviet terhadap partai-partai komunis nasional di dalam negeri negara-negara Eropa Barat dan besarnya kekuatan militer yang dimilikinya. Meskipun ancaman militer Uni Soviet terhadap Eropa Barat tidak secara langsung mengancam keamanan Amerika Serikat karena letak geografis Amerika Serikat yang jauh dari Eropa. Tetapi jika Eropa Barat dikuasai oleh Uni Soviet maka Amerika Serikat akan kehilangan pasarnya di Eropa Barat dan ini juga akan melambangkan kekalahan ideologi demokrasi dalam pertempuran melawan komunisme. Selain itu, penguasaan Uni Soviet terhadap Eropa Barat juga akan mengakibatkan hilangnya pasar Amerika Serikat di Eropa Barat. Pertimbangan ekonomi-politik ini menyebabkan Amerika Serikat melaksanakan kebijakan pembendungan terhadap Uni Soviet. Kebijakan pembendungan (containment policy) diformulasikan oleh George F. Kennan. Kennan mengikuti pandapat Spykman yang menelaah peta bumi dan memandang bahwa the Rimland lebih penting dibandingkan dengan the Heartland. Karena Uni Soviet menguasai sebagian besar wilayah heartland, untuk mencegah penguasaan Uni Soviet atas rimland (khususnya wilayah Eropa Barat) maka Kennan mengusulkan untuk membendung Uni Soviet. Menurut argumen balance of power, untuk mencegah timbulnya kekuatan hegemoni maka negara-negara cenderung membentuk koalisi dan kontra-koalisi, dan aktor balancer akan muncul untuk membantu memulihkan perimbangan kekuatan dengan memihak pada yang lemah. Upaya pembendungan Amerika Serikat di bidang politik dan militer dilaksanakan dengan cara mendorong demokratisasi Eropa Barat, ikut serta dalam aliansi pertahanan NATO, dan memberikan prioritas bantuan kepada Eropa Barat. Melalui pelaksanaan kebijaksanaan pembendungan ini Amerika Serikat memposisikan diri sebagai balancer bagi Uni Soviet. Dengan membendung pergerakan Uni Soviet ke Eropa Barat maka Amerika Serikat akan mampu mempertahankan pengaruh politiknya dan menyelamatkan pasarnya di Eropa Barat. Keberhasilan pelaksanaan program Marshall Plan memang masih layak untuk diperdebatkan. Namun dengan pengajuan beberapa indikator untuk membuktikan keberhasilan pelaksanaan program tersebut setidaknya dapat diketahui bahwa perekonomian Eropa Barat memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada masa-masa setelah dilaksanakan program Marshall Plan. Apakah hanya karena adanya faktor program Marshall Plan semata yang menyebabkan keberhasilan pemulihan perekonomian Eropa Barat ? Hal ini masih memerlukan pembuktian yang lebih mendetail. Setidaknya dengan upaya pembuktian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa program Marshall Plan telah membantu pemulihan perekonomian Eropa Barat pada tahap awal melalui upaya untuk merangsang peningkatan permintaan [konsumsi] penduduk Eropa Barat yang berakibat pada peningkatan produksi. Peningkatan produksi mendorong dilaksanakannya perdagangan sehingga perdagangan internasional dapat berjalan kembali sebagai sarana untuk mendistribusikan kesejahteraan ekonomi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPEREKONOMIAN EROPA BARATen_US
dc.subjectPROGRAM MARSHALL PLANen_US
dc.subjectPEMULIHANen_US
dc.subjectBantuan Ekonomi Amerika Serikaten_US
dc.subjectPasca Perang Dunia IIen_US
dc.titlePEMULIHAN PEREKONOMIAN EROPA BARAT MELALUI PROGRAM MARSHALL PLAN (Suatu Analisis Terhadap Tujuan Bantuan Ekonomi Amerika Serikat Kepada Eropa Barat Pasca Perang Dunia II)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record