DAMPAK STRESS DAN PSIKOSOSIAL TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA PENGUNGSI PASCA BANJIR BANDANG DI DESA KEMIRI, PANTI, JEMBER
Abstract
Beberapa kejadian tertentu di dalam kehidupan termasuk bencana banjir
bandang yang mengenai penduduk desa kemiri, Panti Jember dapat
mengakibatkan sebagai aklivator atau stimulus untuk timbulnya respon stres.
Respon stres dapat mengubah status kesehatan seseorang. Keberadaan stressor
yang terjadi secara terus menerus tidak hanya akan mengganggu kesehatan tetapi
juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Rendahnya sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan gangguan pada
kesehatan rongga mulut, salah satunya kesehatan periodontal. Penyakit
periodontal merupakan penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia.
Penyakit gigi dan mulut menyerang 90% masyarakat Indonesia dan sekitar 86%-
nya menderita penyakit periodontal. Meningkatnya penyakit periodontal telah
dilaporkan pada kondisi-kondisi yang tidak nyaman termasuk stress, kebisingan
dan gangguan psikis. Ditemukan bukti kuat bahwa stress emosi merupakan faktor
predisposisi terjadinya penyakit periodontal. Banyak peneliti yang menyatakan
bahwa faktor stress dan psikososial pada kehidupan memberikan dampak terhadap
kesehatan.
Jenis penelitian observasional klinis dengan rancangan cross sectional.
Populasi penelitian adalah pengungsi pasca banjir bandang yang menempati
tenda-tenda di desa Kemiri, Panti, Jember. Jumlah sampel yang diambil minimal
sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel secara accidental sampling . Tingkat
stress diukur dengan skala anxiety dan depresi dari dr. William K. Zung. . Faktor
psikososial diketahui dengan tehnik wawancara pada para pengungsi. Keparahan
penyakit periodontal yang diukur dengan Periodontal Index (PI).
Hasil penelitian menggunakan uji statistik Krusknl-Wallis antara Arxiety
dan depresi dengan Periodontal Index (PI) dan didapat P: 0,000 (< 0,05)
artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat anxiety dan depresi dengan
keparahan penyakit periodontal. faktor psikososial yang memiliki tingkat
signifikansi P<0,05 adalah pekerjaan dengan tingkat kebersihan mulut dan
frekuensi kunjungan ke dokter gigi dengan PI dan OHI-S. Keadaan ini
diperparah dengan tingkat kebersihan mulut yang kurang baik dimana hasil
statistik menunjukkan P= 0,000(<0,05) artinya ada hubungan yang bermakna
tingkat kebersihan rongga mulut dengan keparahan penyakit periodontal.
Respon fisiologis terhadap stres menunjukkan pengaruh terhadap sistem
imun melalui sistem endokrin dan neural dalam tiga jalur yang berbeda. Jalur
pertama stres yang mampu menekan sistem saraf pusat (SSP) pada aksis
hipotalamo-pituitary-adrenal QJPA) untuk mensekresi corticatropic releasing
hormone (CR}D. Kemudian CRH merangsang kelenjar hipofase untuk sekesi
adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang kemudian merangsang kortek
adrenalis memproduksi hormon kortisol Meningkatnya kadar kortisol dalam
darah selanjutnya akan meningkatkan reaksi tekanan dalam tubuh baik secara fisik
maupun psikologis. Stres yang timbul menyebabkan barbagai gangguan terutama
sistem ketahanan firbuh termasuk ketahanan mukosa rongga mulut sehingga
terjadi gangguan respon imun