Show simple item record

dc.contributor.advisorSUTARTO
dc.contributor.advisorSUPENO
dc.contributor.authorZAINURI, Muh
dc.date.accessioned2017-10-28T03:31:06Z
dc.date.available2017-10-28T03:31:06Z
dc.date.issued2017-10-28
dc.identifier.nimNIM150220104004
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/82807
dc.description.abstractPembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) hendaknya mendorong dan memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sesuai filsafat konstruktivisme. Siswa diharapkan memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) melalui pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan proses aktif membangun hubungan konseptual antara pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Glynn & Muth. 1994). Pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered learning) membutuhkan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi maupun karakteristik siswa. Kreativitas guru sebagai fasilitator pembelajaran diperlukan untuk memilih dan menyiapkan sumber belajar atau media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan siswa agar proses pembelajaran bermakna dapat berlangsung secara optimal. Hakekat pembelajaran IPA merupakan proses dan produk yang berarti bahwa semua yang dipelajari dalam IPA selalu diperoleh melalui proses ilmiah (saintific approach) tentang penelaahan alam dan gejalanya untuk menghasilkan produk berupa fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum (Sund & Trowbridge, 1973). Pembelajaran IPA seharusnya mengedepankan IPA sebagai proses bukan hanya IPA sebagai produk. Secara lebih eksplisit, Lawson (1995) mengungkapkan bahwa mengajar IPA (sains) harus sebagaimana sains bekerja (teach science as science is done). Guru dituntut untuk memfasilitasi pembelajaran IPA melalui kegiatan nyata seperti uji coba, demonstrasi, atau praktikum, maka diperlukan media pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran IPA tersebut. Penggunaan media pembelajaran memberi harapan untuk meningkatnya hubungan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga dapat berjalan lancar dengan hasil yang maksimal (Taufiq, et al., 2014). Media pembelajaran yang dikembangkan melalui penelitian ini adalah media cetak berupa lembar kegiatan siswa (LKS) IPA. LKS diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk mempelajari IPA yang bersifat konkret maupun abstrak sesuai sifat IPA yaitu; obyektif, rasional, empirik, akurat dan koheren, valid dan reliabel, serta mempunyai generalisasi (Sutarto, 2003). LKS IPA yang dikembangkan adalah LKS IPA berbasis gambar proses. LKS IPA berbasis gambar proses membantu siswa untuk dapat memahami konsep secara cepat dan efektif karena memperlihatkan hubungan, perbandingan, jumlah relatif, perkembangan, proses, klasifikasi, dan organisasi dalam IPA. LKS IPA berbasis gambar proses dapat berfungsi sebagai bahan telaah dan analisis dalam belajar IPA secara mandiri (individu maupun kelompok). LKS IPA berbasis gambar proses diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk lebih mudah menelaah materi yang harus dikuasai (dalam penelitian ini adalah materi tentang cahaya), sehingga terwujud pembelajaran IPA yang terpusat pada siswa (student centered learning). Penelitian ini merupakan penelitan pengembangan pendidikan (educational research and development). Rancangan penelitian pengembangan LKS IPA berbasis gambar proses materi cahaya ini terdiri dari tiga tahap yaitu; (1) tahap pendahuluan, (2) tahap perancangan, dan (3) tahap pengembangan (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini dikembangkan sebuah media pembelajaran berupa LKS IPA berbasis gambar proses materi cahaya untuk pembelajaran siswa di SMP. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-E SMP Negeri 2 Silo sebanyak 34 siswa semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random, yaitu pengambilan sampel secara acak oleh peneliti (Sugiyono, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS IPA berbasis gambar proses materi cahaya untuk siswa SMP yang valid, praktis, dan efektif. LKS IPA berbasis gambar proses materi cahaya dinilai valid, jika minimal memenuhi kriteria “cukup valid”, sehingga layak digunakan dalam pembelajaran. LKS IPA berbasis gambar proses materi cahaya dinilai praktis, jika keterlaksanaan pembelajaran minimal mencapai 80% dan mendapatkan penilaian angket respon pengguna minimal pada kriteria “cukup baik”. Serta LKS IPA berbasis gambar proses materi cahaya dinilai efektif, jika N-gain minimal memenuhi kriteria “sedang” dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai minimal 85%. Berdasarkan hasil penelitian, analisis pengolahan data, dan pembahasan penelitian, didapatkan: (1) LKS IPA berbasis gambar proses materi cahaya memenuhi kriteria valid dengan rerata skor sebesar 4,18 dan layak digunakan untuk pembelajaran di Sekolah menengah pertama menurut penilaian ahli pendidikan IPA (expert judgment). Penilaian mencakup kelayakan isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafisan, (2) LKS IPA berbasis gambar proses materi cahaya dapat digunakan dalam pembelajaran siswa di SMP dan memiliki kepraktisan berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran sebesar 82,35% dan respon positif dari guru dan siswa, dan (3) LKS IPA berbasis gambar proses materi cahaya yang dikembangkan memiliki keefektifan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Rerata N-gain nilai tes pemahaman konsep materi cahaya sebesar 0,628 pada kriteria sedang dan ketuntasan belajar siswa sebesar 85,3% dengan rerata nilai sebesar 77,26, serta retensi siswa sebesar 99,6% dengan kriteria sangat baik.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries150220104004;
dc.subjectLKS IPA BERBASIS GAMBARen_US
dc.subjectMATERI CAHAYA UNTUK SISWA SMPen_US
dc.titlePENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS GAMBAR PROSES MATERI CAHAYA UNTUK SISWA SMPen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record