dc.description.abstract | Berdasarkan observasi, wawancara, dan tes sebelum penelitian, diperoleh
informasi bahwa persentase keaktifan siswa kelas IV di SDN Sumbersari 02
Jember mencapai 59,26% yang tergolong kurang aktif. Hasil belajar siswa secara
klasikal 48,06 dalam kriteria sangat kurang. Persentase ketuntasan hasil belajar
siswa kelas IV sebelum tindakan adalah 36,36%. Hal ini terjadi karena siswa
kurang memperhatikan pembelajaran dan belum memahami konsep maupun
prinsip bilangan bulat dalam menyelesaikan persoalan bilangan bulat. Selain itu,
guru kurang melibatkan siswa dalam menemukan konsep dan prinsip bilangan
bulat. Kurangnya pemahaman siswa dalam sifat-sifat operasi hitung inilah yang
menyebabkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat, serta dalam menerapkannya pada kehidupan seharihari.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilaksanakan penelitian tindakan
kelas yang bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model guided discovery
berbantuan misyu catung pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas IV SDN Sumbersari 02 melalui penerapan model guided
discovery berbantuan misyu catung.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Analisis
data yang digunakan ialah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan tes. Subyek penelitian adalah
siswa kelas IV SDN Sumbersari 02 Jember yang terdiri dari 33 siswa. Penelitian
tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Penerapan model guided discovery berbantuan misyu catung terdiri dari
empat fase yaitu fase pendahuluan, fase berujung-terbuka, fase konvergen, serta
fase penutup dan penerapan. Pada pertemuan pertama diterapkan pada pokok
bahasan penjumlahan bilangan bulat, sedangkan pengurangan bilangan bulat
dilaksanakan pada pertemuan kedua. Fase-fase ini boleh dilaksanakan secara
berurutan maupun tidak berurutan. Pada penerapannya, ada beberapa kekurangan
yaitu pada fase berujung-terbuka dan fase konvergen. Pada fase berujung-terbuka,
seharusnya siswa menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan alat peraga
misyu catung. Pada fase konvergen, guru perlu memberikan alat bantu tambahan
sebagai penanda hasil operasi hitung, sehingga dalam satu alat peraga mampu
membuktikan dari dua operasi hitung tersebut mempunyai sifat operasi hitung
bilangan bulat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model guided
discovery berbantuan misyu catung mampu meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Hal ini dapat dilihat dari persentase aktivitas siswa pada siklus I yaitu 69,51%
yang tergolong kriteria aktif, meningkat menjadi 80,12% (sangat aktif ) pada
siklus II. Hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I ialah 60,60 (cukup)
meningkat menjadi 72,06 (baik) pada siklus II. Persentase ketuntasan hasil
belajar siswa pada siklus I yaitu 57,58% dan 78,79% (baik) pada siklus II. Pada
siklus I persentase aktivitas siswa dan hasil belajar siswa secara klasikal belum
mencapai 70%, sehingga dilaksanakan siklus II.
Beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian yaitu guru dapat
menyediakan alat peraga misyu catung lebih banyak yang memungkinkan dalam
satu bangku mendapatkan satu misyu catung, serta menggunakan boneka misyu
catung yang mempunyai warna dan bentuk yang sama. Bagi peneliti lain, dapat
dijadikan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan
model guided discovery berbantuan misyu catung serta dapat mengembangkan
alat peraga misyu catung yang lebih efisien lagi. | en_US |