Show simple item record

dc.contributor.advisorSJAH, Sjoekron
dc.contributor.authorANGGONO, Erwan Dwi
dc.date.accessioned2017-09-19T01:47:59Z
dc.date.available2017-09-19T01:47:59Z
dc.date.issued2017-09-19
dc.identifier.nimNIM970910101136
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/81782
dc.description.abstractMeskipun mengalami kekalahan militer total, dengan ditariknya pasukan militer Irak dari Kuwait akibat ofensif darat pasukan Amerika Serikat besrta koalisi, ternyata tentara Irak tetap lebih besar jumlahnya daripada tentara Inggris, salah saw penakluknya dalam perang Teluk. Mesin militer Irak dengan sejuta prajuritnya adalah nomor empat terbesar di dunia ketika Kuwait diserbu, tetapi banyak diantara prajurit itu tidak ikut berjuang dalam perang yang menyusul kemudian. Pihak Irak kehilangan tentaranya sekitar seratus ribu korban tewas dan seratus tujuh puluh lima ribu ditawan, bahkan angkatan taut Irak sama sekali belum hancur. Jadi siapa yang kalah dan siapa yang menang dalam krisis Teluk tergantung dari siapa yang menilainya. Menurut penulis negara Irak adalah negara yang masih mempunyai kekuatan potensial di kawasan Teluk Persia pasca perang Teluk. Ini terbukti dengan masih getolnya Amerika Serikat untuk menghancurkan negara, terutama rezim Irak pada era dewasa ini dengan berbagai macam alasan, mulai dari alasan teorisme sampai kepemilikan seniata nuklir. Imbalan bersyarat yang diupayakan Irak dalam menyelesaikan krisis Teluk adalah merupakan strategi tawar-menawar, yaitu suatu pola aktivitas dan taktik untuk melawan koalisi multinasional di bawah pimpinan Amerika Serikat dengan jalan perdamaian melalui cara-cara diplomasi dan perundingan, yang menurut perhitungan rasional Irak adalah cara terbaik untuk menyelesaikan krisis Teluk yang terjadi, di samping itu diharapkan akan memperoleh simpati dan dukungan dari rakyat Arab dan publik dunia yang digunakan Irak sebagai alasan pembenar bagi tindakannya yang menganeksasi Kuwait. Namun strategi ini gagal karena keunggulan diplomasi Amerika Serikat yang disertai dengan kuatnya berbagai instrumennva, misalnya program bantuan ekonomi haui neuara-neuara yang pro-Amerika Serikat. Jadi selain terletak pada dukunuan yang diberikan, imbalan hersyarat juga amat tergantung pada kapahilitas power yang dimilikinva. Kenekatan Irak untuk tetap mempertahankan wilavah Kuwait kendati akan digempur kekuatan yang jauh lebih besar demi memperjuangkan kemerdekaan Palestina bisa diibaratkan sebagai seorang pahlawan yang menantang dunia demi memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Begitulah kiranya kesimpulan yang diutarakan oleh penulis.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries970910101136;
dc.subjectIRAK DALAM MENYELESAIKAN KRISIS TELUKen_US
dc.subjectMELALUI IMBALAN BERSYARATen_US
dc.subjectLINGKAGEDen_US
dc.titleUPAYA IRAK DALAM MENYELESAIKAN KRISIS TELUK MELALUI IMBALAN BEBSYARAT/LINGKAGED (Studi Kasus invasi Militer Irak Terhadap Kuwait 1990-1991)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record