dc.description.abstract | Penyakit Rhizoctonia yang disebabkan oleh Jamur Rhizoctonia solani, merupakan penyakit penting pada tanaman kodelai karena bersifat tular tanah (soil borne) dan dapat bertahan dalam tanah dengan membentuk struktur dorman yaitu sklerotium. Penyakit Rhizoctonia tersebar di seluruh penanaman kedelai di Indonesia. Akibat penyakit tersebut menyebabkan kerugian pada kedelai berkisar antara 60 — 90 %, sehingga diperlukan upaya pengendalian penyakit yang efektif.
Salah satu upaya pengendalian yang aman lingkungan adalah memanfaatkan agensia hayati, di antaranya adalah bakteri P. fluorescens dan B. subtilis mekanisme antagonis P. fluotescens dan B. subtilis diduga akibat produksi antibiotik yang dihasilkan. P. fluotescens dapat memproduksi pyrralnitrin dan Pyohdeoren sedangkan B. subrilis menghasilkan hacilysin dan fegymyein.
Penelitian ini hertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi bakteri antagonis P. fluarescen dan H. subrilis) terhadap intensitas penyakit Rhizoctonia pada kedelai baik yang diaplikasikan secara tersendiri maupun kombinasi keduanya, dan frekuensi aplikasi bakteri yang paling tepat. Adapun rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, dengan dua faktor, yaitu faktor macam antagonis (A) dan faktor frekuensi aplikasi bakteri antagonis (B). Faktor A terdiri dari empat aras, yaitu tanpa bakteri (AO), bakteri P. fluorescens (Al), bakteri subrilis (A2), dan kombinasi bakteri P. Fluorescens dan B. subtilis (A3). Faktor B terdiri dari tiga aras, yaitu aplikasi bakteri antagonis satu kali (B1), aplikasi bakteri antagonis dua kali (B2), dan aplikasi bakteri antagonis tiga kali (B3). Kombinasi perlakuan (AB) diulang sebanyak tip kali. | en_US |