dc.description.abstract | Pembelajaran matematika di SD hendaknya diorientasikan untuk
terciptanya aktivitas-aktivitas yang mendukung terjadinya perolehan pemahaman
konsep-konsep matematika yang lebih mendalam oleh siswa. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan di SDN Sukosari 01 Bondowoso
diketahui bahwa guru belum banyak melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran. Kurangnya penggunaan metode atau model pembelajaran yang
inovatif di setiap pembelajaran matematika menjadi salah satu penyebab
rendahnya aktivitas belajar siswa. Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil
belajar siswa yang ditunjukkan dari data skor ulangan harian siswa, hanya 41,17%
atau 14 siswa dari 35 siswa yang berhasil mencapai KKM.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dilakukan penelitian
dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Masalah yang
dirumuskan dalam penelitian ini yaitu, bagaimanakah penerapan PMR pada pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa kelas V SDN Sukosari 01 Bondowoso tahun pelajaran
2016/2017?; bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa pada pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui PMR pada siswa kelas V
SDN Sukosari 01 Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017?; bagaimanakah
peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan pecahan melalui PMR pada siswa kelas V SDN Sukosari 01
Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017?.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak dua siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dan 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN
Sukosari 01 Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, angket dan
dokumentasi.
Penerapan PMR pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
pecahan berjalan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan
aktivitas guru dan siswa yang disesuaikan dengan indikator penerapan PMR.
Penerapan PMR dengan lima karakteristik penggunaan konteks, penggunaan
model, kontribusi siswa, interaktivitas dan keterkaitan dilaksanakan dengan baik.
Dalam penerapan PMR masih terdapat beberapa kendala, salah satunya ketika
kegiatan kerja kelompok beberapa siswa yang memiliki kemampuan kurang tidak
sepenuhnya terlibat aktif dalam mengerjakan LKS. Rata-rata persentase aktivitas
belajar siswa secara klasikal pada siklus I meningkat dari 62,92% menjadi
77,42%. Persentase aktivitas terendah pada siklus I adalah kegiatan menjelaskan
masalah kontekstual yaitu sebesar 58,57%, sedangkan persentase tertinggi adalah
aktivitas presentasi kelas sebesar 65,71%. Pada siklus II, persentase aktivitas
terendah siswa adalah kegiatan memahami masalah kontekstual yaitu sebesar
73,92%, sedangkan persentase tertinggi adalah aktivitas menyelesaikan masalah
kontekstual dan membuat kesimpulan yaitu sebesar 79,28%. Rata-rata hasil
belajar siswa meningkat dari 65,11 pada siklus I menjadi 75,54 pada siklus II.
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa juga terjadi peningkatan 60% pada siklus
I menjadi 82,8% pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang berkaitan dengan penerapan
PMR yaitu guru dan peneliti perlu mempersiapkan segala keperluan
pembelajaran, melakukan bimbingan khusus untuk meningkatkan kemampuan
berhitung siswa yang berada pada tingkat kemampuan sangat kurang. Guru juga
perlu memberikan penjelasan atau instruksi pengerjaan soal secara jelas pada
siswa dan memastikan setiap siswa memahami prosedur pengerjaan soal bentuk
gambar (visual) dalam LKS. | en_US |