Keefektivan Trichoderma Harzianum Sebagai Agens Pengendali Hayati Penyakit Pembuluh Kayu (Vascular Streak Dieback) Pada Tanaman Kakao Klon Iccri 03 Dan Tsh 858
Abstract
Penyakit Pembuluh Kayu (PPK)/ Vascular Streak Dieback (VSD)
merupakan penyakit penting yang menyerang perkebunan kakao yang disebabkan
oleh patogen Oncobasidium theobromae. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi serangan penyakit seperti klon yang ditanaman, iklim yang lebih
basah, sisitem budidaya tanaman yang kurang tepat, pohon penaung yang terlalu
rimbun, pemeliharaan tanaman serta pengendalian hama dan penyakit yang
kurang. Dalam upaya pengendalian penyakit Pembuluh Kayu (PPK/VSD) dengan
memanfaatkan agen antagonis alami. Salah satu mikroorganisme yang digunakan
sebagai pengendalian hayati seperti Trichoderma harzianum. Penggunaan
cendawan T. harzianum sebagai agens antagonis karena mempunyai kemampuan
dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan cendawan
Trichoderma harzianum isolat Jember dan isolat Banyuwangi pada beberapa
konsentrasi dalam mengendalikan Penyakit Pembuluh Kayu (PPK/VSD).
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dan pengamatan dilaksanakan setiap
minggu. Perlakuan yang digunakan dalam uji keefektifan yaitu: (1) T. harzianum
isolat Jember dengan konsentrasi 10
8
spora/ml, (2) T. harzianum isolat Jember
dengan konsentrasi 10
9
spora/ml, (3) T. harzianum isolat Jember dengan
konsentrasi 10
10
spora/ml, (4) T. harzianum isolat Banyuwangi konsentrasi 10
spora/ml, (5) T. harzianum isolat Banyuwangi konsentrasi 10
9
spora/ml,
(6) T. harzianum isolat Banyuwangi konsentrasi 10
10
spora/ml, dan Kontrol
menggunakan air bersih. Hasil penelitian menunjukkan Bahwa T. harzianum baik
isolat Jember dan Banyuwangi cukup efektif menekan perkembangan Penyakit
Pembuluh Kayu (PPK/VSD) nilai Insidensi Penyakit (IP) tertinggi ditunjukkan
oleh perlakuan T. harzianum isolat Jember 10
9
spora/ml dengan nilai IP sebesar
0,71 % pada klon ICCRI 03, sedangkan pada klon TSH 858 isolat Banyuwangi
konsentrasi 10
10
spora/ml dengan nilai 7,38%. Kategori Tingkat Efikasi (TE)
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan isolat Jember konsentrasi 10
spora/ml
dengan nilai sebesar 95,43% pada klon ICCRI 03, sedangkan pada klon TSH 858
isolat Banyuwangi konsentrasi 10
10
spora/ml dengan nilai 80,55%. Hasil uji t
tanpa memperhatikan perlakuan pada Tingkat Efikasi (TE) klon ICCRI 03
menunjukkan hasil berbeda nyata dengan nilai TE lebih tinggi/terbaik bila
dibandingkan dengan nilai TE klon TSH 858.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4245]