dc.description.abstract | Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk menganalisis fungsi wayang kulit
sebelum abad XVI; (2) Untuk menganalisis fungsi wayang kulit dalam peyebaran
agama Islam di Demak pada abad XVI; (3) Untuk menganalisis pengaruh wayang
kulit sebagai media penyebaran agama Islam terhadap masyarakat Demak pada abad
XVI.
Penulis menggunakan metode sejarah untuk mengkaji permasalahanpermasalahan
dalam penelitian. Metode sejarah memiliki empat langkah dalam
melakukan penelitian sejarah yaitu (1) Heuristik, (2) Kritik, (3) Imterpretasi, (4)
Historiografi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah akulturasi. Akulturasi
merupakan sebuah bentuk perpaduan dua atau beragam kebudayaan. Menggunakan
pendekatan Sejarah Kebudayaan.
Penyebaran agama Islam di Demak dilakukan oleh Wali Songo dengan
memodifikasi kesenian yang telah ada baik memodikasi cerita maupun menciptakan
tokoh pewayangan baru yang sebelumnya (dalam masa hindu) tidak menonjol seperti
penokohan pandawa dan filosofisme dan ponokawan yang telah dibahas diatas.
Pandawa sebagai hasil akulturasi wayang, seperti tokoh ponakawan yang memiliki
makna filosofis yang sangat mendalam. Karena wayang memiliki peran penting
dalam dakwah Islam di Demak. Berikut merupakan hasil cipta, karya dan karsa
filosof Jawa dengan menggabungkan antara wayang bertemakan Hinduisme dengan
tokoh (pewayangan) baru pada masa Islam.
Fungsi wayang kulit dalam kehidupan masyarakat Demak adalah sebagai
media hiburan, pendidikan, penerangan, seni, pemahaman filsafat, media dakwah dan
lain-lain. Wayang bagi sebagian besar orang bukan saja dipandang sebagai kesenian
yang berfungsi seni atau hiburan semata, tetapi seni untuk barometer kehidupan
masyarakat itu sendiri (reflektif). Fungsi wayang kulit yang semakin berkembang,
wayang kulit juga dijadikan sarana untuk memperkenalkan Indonesia kepada pihak
luar atau dunia sebagai cinderamata, hiasan dinding atau dekorasi rumah lainnya.
Dengan demikian, wayang kulit banyak fungsinya, tidak tetap dan akan terus
berkembang. | en_US |