Show simple item record

dc.contributor.advisorSUMARNO
dc.contributor.advisorSWASTIKA, Kayan
dc.contributor.authorINDRIYANTO, Anang Ari
dc.date.accessioned2017-08-02T04:22:43Z
dc.date.available2017-08-02T04:22:43Z
dc.date.issued2017-08-02
dc.identifier.nimNIM100210302032
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80642
dc.description.abstractTujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk menganalisis fungsi wayang kulit sebelum abad XVI; (2) Untuk menganalisis fungsi wayang kulit dalam peyebaran agama Islam di Demak pada abad XVI; (3) Untuk menganalisis pengaruh wayang kulit sebagai media penyebaran agama Islam terhadap masyarakat Demak pada abad XVI. Penulis menggunakan metode sejarah untuk mengkaji permasalahanpermasalahan dalam penelitian. Metode sejarah memiliki empat langkah dalam melakukan penelitian sejarah yaitu (1) Heuristik, (2) Kritik, (3) Imterpretasi, (4) Historiografi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah akulturasi. Akulturasi merupakan sebuah bentuk perpaduan dua atau beragam kebudayaan. Menggunakan pendekatan Sejarah Kebudayaan. Penyebaran agama Islam di Demak dilakukan oleh Wali Songo dengan memodifikasi kesenian yang telah ada baik memodikasi cerita maupun menciptakan tokoh pewayangan baru yang sebelumnya (dalam masa hindu) tidak menonjol seperti penokohan pandawa dan filosofisme dan ponokawan yang telah dibahas diatas. Pandawa sebagai hasil akulturasi wayang, seperti tokoh ponakawan yang memiliki makna filosofis yang sangat mendalam. Karena wayang memiliki peran penting dalam dakwah Islam di Demak. Berikut merupakan hasil cipta, karya dan karsa filosof Jawa dengan menggabungkan antara wayang bertemakan Hinduisme dengan tokoh (pewayangan) baru pada masa Islam. Fungsi wayang kulit dalam kehidupan masyarakat Demak adalah sebagai media hiburan, pendidikan, penerangan, seni, pemahaman filsafat, media dakwah dan lain-lain. Wayang bagi sebagian besar orang bukan saja dipandang sebagai kesenian yang berfungsi seni atau hiburan semata, tetapi seni untuk barometer kehidupan masyarakat itu sendiri (reflektif). Fungsi wayang kulit yang semakin berkembang, wayang kulit juga dijadikan sarana untuk memperkenalkan Indonesia kepada pihak luar atau dunia sebagai cinderamata, hiasan dinding atau dekorasi rumah lainnya. Dengan demikian, wayang kulit banyak fungsinya, tidak tetap dan akan terus berkembang.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries100210302032;
dc.subjectWAYANG KULITen_US
dc.subjectPENYEBARAN AGAMA ISLAMen_US
dc.titleFUNGSI WAYANG KULIT DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI DEMAK ABAD XVIen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record