Show simple item record

dc.contributor.advisorJANNAH, Raudlatul
dc.contributor.authorCLAUDY, Agnes Joshua
dc.date.accessioned2017-08-02T02:16:58Z
dc.date.available2017-08-02T02:16:58Z
dc.date.issued2017-08-02
dc.identifier.nimNIM130910302039
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80590
dc.description.abstractHasil penelitian ini menunjukan bahwasanya dalam pertanian bawang merah terdapat relasi produksi yang dilakukan oleh petani bawang merah. Dimana relasi tersebut terjalin antara satu sama lain yakni, pengepul, petani pemilik lahan, pemodal atau investor, buruh tani, dan makelar. Dalam relasi pertanian bawang merah tersebut muncul berbagai praktik penindasan yang dilakukan oleh para pemodal (investor) terhadap petani bawang merah yang mengakibatkan perekonomian petani tidak kunjung membaik. Petani yang tidak dapat mandiri dan selalu bergantung pada pemodal (investor) ini menyebabkan munculnya sistem ijon dalam pertanian. Dimana menurut James C. Scott bahwa legitimasi kelas superior, kelas dominan selalu dilakukan dalam aktivitas sehari-hari secara terus menerus terhadap kelas subordinat. Dengan begitu pembimbingan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemodal (investor) terhadap para petani selalu berjalan. Oleh sebab itu, petani selalu terhegemoni oleh para pemodal (investor) dalam pertanian bawang merah. Petani tidak dapat kebebasan dalam melakukan pertaniannya. Selain itu, petani yang terhegemoni oleh para pemodal (investor) memiliki ketergantungan yang kuat dalam pengadaan modal dan bibit yang cenderung mahal. Maka dengan adanya bantuan bibit, pupuk, dan obat dalam pertanian bawang merah yang diadakan oleh Pemerintah melalui Dinas Pertanian diharapkan mampu mengurangi ketergantungan petani terhadap para pemodal (investor) sehingga petani lebih mandiri terhadap pertanian bawang merah. Dalam pertanian bawang merah dengan adanya pola relasi produksi didalamnya maka relasi atau hubungan sosial kegiatan produksi selalu memiliki beberapa konsekuensi yang ditimbulkan. Konsekuensi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif bagi kehidupan para petani bawang merah. Konsekuensi positif yang ditimbulkan oleh pola relasi produksi ini salah satunya yakni menimbulkan sikap kemandirian petani dalam pertanian bawang merah. Sedangkan, konsekuensi negative yang ditimbulkan oleh pola relasi produksi ini adalah menciptakan kelas-kelas sosial baru dalam pertanian bawang merah.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries130910302039;
dc.subjectPETANI BAWANG MERAHen_US
dc.titleRELASI PRODUKSI PETANI BAWANG MERAH DI DESA KABUARAN, KECAMATAN GRUJUGAN, KABUPATEN BONDOWOSOen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record