Show simple item record

dc.contributor.authorSukatman, Sukatman
dc.date.accessioned2017-07-21T06:10:14Z
dc.date.available2017-07-21T06:10:14Z
dc.date.issued2017-07-21
dc.identifier.isbn978-602-61681-0-8
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80453
dc.descriptionProsiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Globalen_US
dc.description.abstractCerita lisan yang berkembang di masyarakat menerangkan bahwa bangsa Nusantara adalah bangsa yang sangat tua. Cerita lisan tersebut bertolak belakang dengan catatan sejarah Indonesia. Raja Nusantara baru dikenal ada sejak abad ke lima. Peneliti dari UGM menemukan bahwa nenek moyang bangsa Nusantara memilih Kendenglembu Banyuwangi untuk tinggal pertama kali dan telah lama ada. Kesenjangan informasi tersebut berdampak negatif bagi pengembangan teori kebudayaan dan identitas bangsa Indonesia. Salah satu cara mengatasi masalah kesenjangan kebudayaan tersebut adalah dengan menelusur jati diri bangsa melalui penelitian dengan memanfaatkan tradisi lisan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan kualitatif-multidisipliner. Sasaran penelitian ini adalah cerita lisan yang terdapat dalam Gua dan situs megalitikum di kawasan Trenggalek. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode dokumenter, observasi, dan wawancara bebas mendalam. Data penelitian berupa cerita rakyat, nama tempat, nama kota, nama bangunan megalitikum, tuturan masyarakat tentang hal yang terkait dengan budaya lisan purba, dan situs Gua. Sumber data penelitian (a) masyarakat penutur cerita lisan, (b) juru kunci gua, (c) bangunan megalitikum di Gunung Jompong, dan (d) gua dan bukit purba di kawasan Trenggalek. Hasil penelitian menginformasikan bahwa terdapat berbagai cerita lisan yang terkait dengan situs gua Lawa. Batu purba Trenggalek memuat nama raja dalam penyamaran. Kronogram di Gua Lawa menyatakan bahwa Gua Lawa dibangun sebagai situs peribadatan Raja Elang atau Raja Garuda tahun 9991 Pra Saka atau 9913 SM. Bangunan purba kawasan Trenggalek memuat nama (a) Raja Elangsura alias Raja Sulahimana yang menyamar, (b) Raja Elang Kawi, (c) Raja Nagamaya, dan (d) Raja Dhawang Agung. Pemerintahan zaman purba di sekitar Trenggalek cenderung bergaya pemerintahan spiritual. Perlu dilakukan penggalian, pelestarian, dan pengemasan situs megalitikum di kawasan Trenggalek menjadi sumber belajar dan wisata budaya secara terpadu.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectmitosen_US
dc.subjecttradisi lisanen_US
dc.subjectkronogramen_US
dc.subjectbatu purbaen_US
dc.titleMITOS TENTANG RAJA-RAJA MAYA DI GUA LAWA TRENGGALEK PADA ZAMAN NUSANTARA PURBAen_US
dc.typeProsidingen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record