dc.description.abstract | Pantun dikenal sebagai sastra lama nusantara yang khas dengan
ketatnya aturan bentuk-rima yang disenandungkan. Pantun banyak tertulis dalam
manuskrip sejarah Melayu dan terdapat dalam puisi rakyat, syair, serta seloka.
Pantun juga termanifestasikan dalam ungkapan tradisional seperti teka-teki,
petuah, dan pemanis komunikasi. Pantun tidak lain sebuah cerminan kecerdasan
dan kebijaksanaan (genius local wisdom) masyarakat nusantara yang
terefleksikan melalui keahlian berbahasa dan bersastra. Kecerdasan,
kebijaksanaan, keteraturan, dan harmoni pada pantun telah mencuri perhatian
peneliti dari berbagai negara seperti William Marsden, Victor Hugo, Renè
Daille, dsb. yang secara eksplisit mengungkapkan kekaguman mereka terhadap
pantun. Dengan prinsip peniruan dan terjemahan, pantun mulai dipelajari dan
diaplikasikan dalam berbagai bahasa, yakni bahasa Inggris, Spanyol, Perancis,
Belanda, Rusia, dan Jerman. Melalui jalan itu, pantun telah menyebar dan
berkembang di beberapa negara Eropa dan Amerika. Makalah ini memaparkan
perkembangan pantun dari masa ke masa dan kecenderungannya dalam berbagai
bahasa ditinjau menggunakan pendekatan diakronik-komparatif dengan analisis
struktur. Melalui kertas kerja ini, kebanggaan terhadap pantun ditumbuhkan
kembali dengan mengetahui kelebihan dan pengaruhnya terhadap kesusastraan
dunia. Dengan jalan demikian, upaya pembudayaan pantun‒sebagai karakter
budaya bangsa–yang justru perlu dilakukan dalam lingkup lokal-nasional,
memiliki harapan yang lebih menjanjikan. | en_US |