dc.description.abstract | Nyamuk Aedes aegypti L. merupakan vektor penyakit demam berdarah. Demam berdarah dengue (DBD). Jumlah kasus DBD menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun, demikian pula luas wilayah yang terjangkit. Untuk mengendalikan peningkatan tersebut maka diperlukan upaya yaitu dengan memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti L. dengan menggunakan insektisida botani pada saat nyamuk berada pada tahap larva, salah satunya adalah menggunakan biji pepaya (Carica papaya L.). Kandungan senyawa aktif pada biji pepaya bersifat toksisk terhadap larva Aedes aegypti L. Senyawa aktif tersebut diikat menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol pada saat proses ekstraksi. Ekstrak biji pepaya yang digunakan dalam penelitian dinyatakan memiliki aktivitas larvasida karena menghasilkan metabolit sekunder yaitu golongan alkaloid dan saponin. Efek dari alkaloid pada serangga yaitu menyebabkan hemilisi pada sel darah merah larva dan melemahkan saraf merusak sistem saraf sehingga nafsu makan hilang, akibatnya serangga menjadi lemah dan akhirnya mati. Sedangkan efek saponin pada serangga dapat menimbulkan reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh larva yang menghambat hormon pertumbuhan (hormon juvenile), jika hormon ini terganggu maka kegiatan molting atau proses pergantian dalam pergantian instar dan stadium akan terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya perbedaan toksisitas ekstrak Biji pepaya (Carica papaya L.) dengan berbagai berbagai pelarut (N-heksana, Etil asetat dan Metanol) yang ditunjukkan dengan nilai LC50 mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L. dengan waktu dedah 48 jam. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Toksikologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Jember.Data hasil diuji menggunakan SPSS for windows versi 17.0. Berdasarkan hasil analisi probit menunjukkan bahwa besarnya nilai LC50-48 ekstrak biji pepaya dengan pelarut n-heksan 169,881 ppm. Sedangkan untuk nilai LC50-48 ekstrak biji pepaya dengan pelarut etil asetat 94,71 ppm. Dan untuk nilai LC50-48 ekstrak biji pepaya dengan pelarut metanol 148,46 ppm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pelarut yang digunakan, semakin tinggi pula toksisitasnya. Untuk mengetahui perbedaan antar ketiga pelarut dilakukan uji anovayang diperoleh hasil yang signifikan Psig=0,001 namun yang lebih efektif ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) dengan pelarut etil asetat memiliki daya toksit paling tinggi. Hendaknya dilakukam metodologi lebih detail mencari perbedaan Lc antar perlakuan. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang persentase kandungan senyawa aktif yang terdapat pada biji pepaya (Carica papaya L.). Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang dampak penggunaan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol setelah ekstrak diaplikasikan pada kehidupan sehari- hari. | en_US |