dc.description.abstract | Penanganan bencana di Indonesia telah mengalami pergeseran paradigma
secara holistik. Penanganan bencana secara holistik lebih menekankan pada
keseluruhan manajemen risiko bencana serta peningkatan kapasitas masyarakat
sebagai upaya preventif. Pemerintah mewujudkan pelaksanaan
penanggulangan bencana melalui berbagai kebijakan, salah satunya penerbitan
UU Nomor 24 Tahun 2007. Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan
bahwa di Kabupaten Jember belum terdapat aspek legal kebijakan berupa
kebijakan daerah yang khusus mengatur tentang pelaksanaan penanggulangan
bencana. Secara garis besar permasalahan BPBD Kabupaten Jember adalah
masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap penanganan bencana,
belum adanya koordinasi yang efektif antar institusi pemerintah, kurangnya
sarana dan prasarana dalam kegiatan penanggulangan bencana, penanganan
bencana yang masih bersifat parsial serta kurangnya anggaran penanggulangan
bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi kebijakan
penanggulangan bencana pada fase prabencana banjir bandang di Kabupaten
Jember.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan metode
kombinasi Concurrent Embedded Strategy, melibatkan seorang informan
kunci, lima orang informan utama, dan tiga orang informan tambahan yang
ditentukan secara purposive. Penelitian dilakukan di beberapa instansi
pemerintahan di Kabupaten Jember antara lain Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD); Dinas Kesehatan; Dinas Sosial; Dinas Kehutanan
dan Perkebunan; Kecamatan Panti dan Silo; Perhutani, menggunakan data
primer yang didapatkan melalui wawancara mendalam kepada informan
dengan panduan wawancara, dan data sekunder yang didapatkan melalui studi
dokumen. Selanjutnya, data dianalisis secara induktif dengan cara
dikategorikan, kemudian diseleksi, direduksi, dan disimpulkan serta dilakukan
triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan aspek komunikasi dalam kaitannya dengan
implementasi kebijakan penanggulangan bencana termasuk dalam ketegori
baik. Aspek sumber daya menunjukkan hasil yang bervariasi antara dua
kecamatan yaitu Kecamatan Panti baik, dan Kecamatan Silo cukup. Aspek
disposisi termasuk dalam kategori baik. Aspek struktur birokrasi menunjukkan
hasil yang bervariasi antara dua kecamatan yaitu Kecamatan Panti baik, dan
Kecamatan Silo cukup.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa aspek
yang belum dilakukan oleh BPBD Kabupaten Jember antara lain BPBD
Kabupaten Jember belum melakukan update informasi yang dimasukkan ke
dalam website, dan mengukur efektivitas sosialisasi menggunakan pretest dan
posttest, melibatkan masyarakat dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
terkait dalam keanggotaan unsur pengarah, pelatihan/ simulasi sebagai upaya
meningkatkan kapasitas masyarakat Kecamatan Silo dalam menghadapi
ancaman banjir bandang, dan pemenuhan sarana prasarana penunjang
penanggulangan bencana, mengajukan peraturan daerah yang disahkan oleh
Pemerintah Kabupaten Jember yang secara spesifik berkaitan dengan
penanggulangan bencana, belum adanya forum koordinasi antara BPBD,
SKPD, dan kecamatan terkait pengurangan risiko bencana, belum terbentuknya
desa tangguh bencana khusus banjir bandang di Kecamatan Silo, dan tidak
adanya Standard Operational Procedure (SOP) penanggulangan bencana
banjir bandang. | en_US |