dc.description.abstract | Pembelajaran saat ini harus berpusat pada siswa bukan pada guru, maka guru
saat ini dituntut mampu mengembangkan keterampilannya dalam mengajar.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di kelas IVA SDN 1
Pesanggaran pada 20 Januari 2016, diketahui bahwa pada pembelajaran matematika
masih digunakan metode ceramah dan penugasan sehingga menyebabkan aktivitas
belajar siswa secara klasikal tergolong kurang aktif dan hasil belajar mereka banyak
yang belum tuntas. Oleh karena itu dilakukanlah penelitian terhadap materi operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe team game tournament (TGT) dan metode demonstrasi
yang dibantu dengan menggunakan media garis bilangan.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode demonstrasi serta meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN 1 Pesanggaran Banyuwangi secara
signifikan pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan desain
penelitian yang terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SDN 1 Pesanggaran Banyuwangi dengan
jumlah 31 siswa.
x
Pada siklus I indikator dengan persentase terendah yaitu aspek bertanya
kepada guru dan mengeluarkan pendapat sebesar 22,58%, pada aspek ini siswa masih
malu dan belum nyaman dengan pembelajaran. Indikator terendah kedua yaitu aspek
merespon pertanyaan anggota tim (mengajari/mendemonstrasikan) sebesar 36,56%,
hal ini terjadi karena siswa banyak yang belum paham dengan materi. Aturan
penggunaan garis bilangan yang sulit dipahami siswa membuat tahap pembelajaran
menjadi kurang efektif sehingga penyampaian materi menjadi teburu-buru. Semangat
dalam mengikuti tournament merupakan indikator dengan persentase teringgi yaitu
sebesar 73,12%, namun siswa juga menjadi ramai dan sulit dikondisikan. Pada siklus
II dilakukan perbaikan terhadap kendala pada siklus I yaitu mengalokasikan waktu
yang relatif lama untuk tahap pembelajaran dan tournament, mendemonstrasikan
garis bilangan dengan jelas dan mudah dipahami siswa, dan memberikan selingan
berbagai tepuk-tepuk yang menyenangkan yang dapat mengkodisikan siswa ketika
ramai seperti tepuk diam, tepuk fokus, tepuk semangat, serta semboyan khusus yang
dibuat bersama untuk kelas tersebut. Selalu mengajak siswa berinteraksi dapat
dijadikan solusi agar siswa merasa nyaman dan tidak malu untuk bertanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I
tergolong dalam kriteria cukup aktif dengan persentase sebesar 52,55%, pada siklus II
persentase yang dicapai sebesar 67,74% dan tergolong dalam kriteria aktif. Hasil
belajar siklus I menunjukkan 19 dari 31 siswa mencapai KKM dengan persentase
ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 61,29% dan tergolong dalam
kriteria cukup baik, sedangkan pada siklus II 28 dari 31 siswa mencapai KKM
dengan persentase sebesar 90,32% dan tergolong dalam kriteria sangat baik.
Adapun saran yang dapat dikemukakan sehubungan dengan hasil penelitian
ini adalah guru hendaknya mengalokasikan waktu yang relatif lama untuk tahap
pembelajaran dan tournament, mendemonstrasikan garis bilangan dengan jelas dan
mudah dipahami siswa, dan memberikan selingan berbagai tepuk-tepuk yang menyenangkan yang dapat mengkodisikan siswa seperti tepuk diam, tepuk fokus, dan
semboyan semangat yang dibuat khusus untuk kelas tersebut ketika siswa ramai. | en_US |